Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Karena Ditulis, Maka Diingat…
Selain post artikel baru Seruput Kopi Cantik di Whatsapp grup, FB & IG saya setiap hari post artikel di status WA. Kadang yang saya post artikel-artikel lama. Untuk reminder saya sendiri.
Yang menulis saja sudah lupa setelah bertahun-tahun, apalagi pembaca. Demikian pikir saya.
Nach beberapa minggu lalu, saya post artikel tentang P. Agus yang saya tulis pada bulan Agustus 2019.
Saya pun japri beliau.
“P. Agus, status WA saya hari ini tentang P. Agus lho…”
Dan balasannya sungguh tidak terduga.
Saya terpukau…
“Pernah awal ibu nulis ini, saya share ke bos saya…
Suatu ketika saya diundang bos saat buka cabang baru. Di akhir acara, saya diajak naik ke lt 1…
Kaget dan sangat terharu sekali Bu…
Bos saya cetak tulisan ibu, dipasang di tembok lumayan besar…Puji Tuhan bisa menjadi berkat buat orang yang membacanya.
Walaupun saat itu saya sudah tidak bekerja lagi”
Ingin tahu isi artikelnya? Ini dia…
Kejujuran & Tahu Terima Kasih, Masih Adakah Saat Ini?
P. Agus, demikian saya menyapanya. Liauw Agus Herman, nama lengkapnya.
Dia bekerja di agent property yang berkantor di apartemen, dimana saya punya satu unit, di daerah Kemayoran, Jakarta.
Berulang kali P. Agus yang mencarikan penyewa.
Suatu ketika P. Agus memberi kabar, dia berhenti dari kantor property karena membantu istrinya jual siomay, Siska Kitchen namanya, di daerah Taman Sari Jakarta.
Ketika penyewa unit apartemen saya tidak memperpanjang sewanya, kosonglah apartemen itu. Tidak mudah cari penyewa saat ini. Kami berniat menjualnya.
Apalagi apartemen ini dibangun di atas tanah HPL yang sedang ramai diributkan.
Pada suatu hari P. Agus menelpon, apartemennya masih ada tidak?
P. Agus berhasil mempertemukan kami dengan pembeli yang cocok. Deal.
Pagi ini kami ke salah satu bank untuk transaksi jual beli. Pembeli menggunakan fasilitas KPR.
Saat saya bertanya pada P. Agus, nomor rekening untuk transfer komisi, dia memberikan nomor rekening bosnya yang lama.
“Bukannya P. Agus sudah resign?”
“Iya Bu… Freelance saja. Sebetulnya bisa sich komisi saya makan sendiri tetapi saya berprinsip harus ingat jasa orang lain. Kalau bukan karena kerja di bos saya, kan saya ga kenal ibu. Saya tetap bagi komisinya dengan bos. Lebih baik jaga hubungan. Uang bisa dicari, hubungan baik tidak ternilai harganya.”*
“Wow… Salut pak. Jarang lho orang seperti P. Agus di jaman ini. Jujur, tahu terima kasih dan tahu balas budi pula.”
“Iya Bu .. makanya saya bisa bersaksi dan mengajar anak-anak muda di gereja. Saya harus jadi teladan.”
Hari ini saya menemukan teladan dan guru sejati yang mengajarkan kejujuran, balas Budi dan selalu ingat jasa orang lain.
Saya mengingatkan diri sendiri, ingat jasa orang-orang yang mendukung di sepanjang jalan hingga saya bisa tiba di tempat ini.
Dan P. Agus bercerita, siomaynya laris manis.
“Saya suka belajar memasak berbagai makanan, tetapi siomay justru tidak pernah belajar secara khusus. Tapi kalau Tuhan sudah arahkan, biar pun hanya tanya sana sini, hasil siomaynya enak. Laris pula. Padahal hanya dari mulut ke mulut saja. Sampai ada order dari Bandung, tapi saya belum bisa melayani. Harus beli freezer yang lebih besar.”
Gusti Allah mboten sare (Tuhan tidak tidur), kata pepatah Jawa.
Tuhan melimpahkan berkat-Nya bagi anak-Nya yang jujur dan setia.
Terima kasih P. Agus untuk pelajarannya!
Dua tahun telah berlalu, usaha P. Agus dan istri makin laris sekarang. Dan sungguh terharu, saat melihat betapa P. Agus begitu dihargai, karena apa yang dilakukannya, ditulis.
Coba kalau gak ditulis… Siapa yang tahu?
Hanya bos yang ingat sesaat, setelah itu akan dilupakan.
Ketika ditulis, menjadi peringatan, pembelajaran serta teladan bagi puluhan ribu pembaca dari sosial media.
Setiap kali menyadari betapa Tuhan memakai hal-hal yang nampak kecil dan sederhana yang saya tulis di Seruput Kopi Cantik, saya menyadari, betapa baiknya Tuhan itu.
Seruput Kopi Cantik mempertemukan teman-teman bermasalah dengan orang yang bisa memberikan solusi; memperkenalkan produk milik teman, memberikan contoh karakter yang pantas diteladani dan banyak lagi.
“Saya bangga dan salut, P. Agus. Senang bisa bekerja sama dengan bapak,” ujar saya
Mari kita teladani karakter P. Agus yang jujur dan tahu terima kasih.
Siap?
What a teacher is, is more important than what he teaches – Karl Menninger
Siapa guru itu (keteladanan dan karakternya), lebih penting daripada apa yang diajarkannya – Karl Menninger
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK-
PEDULI KESEHATAN