Serba-Serbi Memberi, Yang Jarang Dipahami

Spread the love

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Serba-Serbi Memberi, Yang Jarang Dipahami

Apa pun kepercayaan atau agama seseorang, memberi itu sesuatu yang baik. Tetapi saya baru belajar, ternyata motivasi pemberian kita jaaauuuuhhh lebih penting daripada pemberian itu sendiri.
Wow..

“Dea tidak layak sakit ce… Dia orang yang baaaiiik luar biasa. Hatinya lembut, selalu ingin berbagi dengan orang lain. Setiap bulan dia membagikan makanan ke panti asuhan, panti jompo bahkan satpam dan tukang sapu di kompleks rumahnya. Rutin lho… Bukan hanya sekali-sekali, ” ujar sahabat saya sambil mengusap air matanya,
“Dea lebih mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri. Koq bisa Tuhan ijinkan Dea sakit? Padahal orang-orang yang jahat justru sehat-sehat saja.”

“Orang berbuat baik, itu motivasinya apa dulu? Kalau dia berbuat baik supaya dia diterima Tuhan, misalnya, itu menjadi beban yang tidak pernah cukup. Dia melakukan 6, rasanya masih kurang baik, 7, kurang baik juga, gak ada habisnya. Karena pemahaman Dea salah, ” ujar Yuliadi, sahabat saya menjelaskan,
“Justru orang ‘jahat’ yang hidupnya gak karuan, gak pernah didera rasa bersalah. Jadi hidupnya justru sehat-sehat saja.”

Pertama, penyakit bukan dari Tuhan. Tetapi dari si musuh, iblis. Pemikiran yang salah itu yang memicu penyakit.

Seperti orang berpikir dalam dirinya, demikianlah ia, kata Raja Sulaiman/Salomo.

Pikiran kita menentukan kondisi kita. Dan pikiran itu hasil keputusan kita sendiri. Karena itu, perlu membangun mindset yang benar agar kita hidup sehat dan makmur sesuai dengan kehendak Tuhan.

Ke dua, motivasi kita dalam memberi, lebih penting daripada pemberiannya.
Ada orang-orang yang memberi karena dikejar perasaan bersalah, takut kalau tidak memberi nanti tidak diberkati. Jadi seperti orang memberi sesajen saja.

Ada juga yang seperti judi, Tuhan berjanji melipatgandakan apa yang kita berikan menjadi 30, 60, 100 kali lipat, maka memberi dengan tujuan dilipatgandakan. Ini jelas motivasi yang salah. Kita memberi karena kita SUDAH diberkati, sebagai ucapan syukur. BUKAN SUPAYA diberkati. Meski hukumnya memang tabur tuai tetapi bukan itu yang menjadi fokus dan motivasi alasan kita memberi.

Ingat, antara waktu menabur dan menuai ada jeda. Nach kalau yang ditanam biji mangga atau durian, bisa bertahun-tahun, baru bisa berbuah. Jangan sampai kecewa, ketika panen tak kunjung tiba.
Sikap hati kita, tabur saja segala hal baik yang bisa kita lakukan, soal panen, biarkan Tuhan dan alam yang mengatur. Janji Tuhan Ya dan Amin.
Kalau pun saat kita hidup tidak sempat menikmati tuaiannya, mungkin anak cucu kita yang menuainya.

Bahkan ada orang yang korupsi di perusahaan, lalu menyumbang dalam jumlah besar untuk pembangunan rumah ibadah.
Dieeeenk…..!!!
Dia berharap dengan sumbangannya, hati nuraninya yang dikejar rasa bersalah bisa ditenteramkan. Dosanya bisa di discount.
Nyogok Tuhan, tujuannya 🙂

Banyak orang menilai dari kulitnya saja. Perbuatannya kelihatannya baik, tetapi asal dana dan tujuannya yang menentukan. Tuhan menilainya bukan dari apa yang dilakukan, melainkan motivasi dalam melakukannya, jauh lebih penting.
Hhmmm… Make sense!

Ketiga, memberi dari apa yang ada pada kita, bukan yang belum kita miliki.

Andrew Wommack menyoroti, akhir-akhir ini banyak orang yang memberikan persembahan dengan menggesek kartu kreditnya. Niatnya baik, ingin memberkati orang lain, tetapi caranya kurang bijak.
Uang dari kartu kredit adalah uang yang BELUM dimiliki seseorang, alias hutang, seharusnya persembahan tidak demikian.
Orang itu ingin ‘beriman’ memberi dalam jumlah besar.
Andrew menegaskan, itu salah.
Keinginan itu baik, tetapi itu berlawanan dengan kebenaran yang diajarkan Tuhan. Persembahan yang berkenan kepada Tuhan, berasal dari uang yang memang milik kita.

Penting diingat, yang baik itu belum tentu benar.
Berpeganglah pada kebenaran dari Tuhan.
Persembahan seyogyanya diberikan dari uang atau harta yang SUDAH kita miliki.

Keempat, Berilah dengan sukacita bukan dengan berat hati.

Karena perpuluhan itu miliknya Tuhan, kerap asal sudah dibayar, hati plong. Padahal kadang dilakukan dengan motivasi takut kena kutuk kalau tidak dibayar, atau merasa berdosa merampok milik Tuhan.

Alasan dan sikap saat mempersembahkan, jauh lebih penting daripada nilai yang dipersembahkan

Tuhan menghendaki kita mempersembahkannya dengan hati yang penuh sukacita, kasih serta ucapan syukur.
Bagi orangtua, lebih membahagiakan ketika sang anak membawakan bunga di kebun tetapi diberikan dengan antusias, ceria dan penuh kasih.
Daripada diberi kado mahal tetapi dengan wajah yang cemberut, berat hati dan penuh beban.
Bukankah persembahan itu mewakili kasih di hati si pemberi?

Pengajaran ini membuat saya lebih bijak dan dewasa rohani.
Bagaimana dengan Anda?

GIVING IS BETTER THAN RECEIVING. When God blesses you financially, don’t raise your standard of living. Raise your standard of giving. – Mark Batterson.

MEMBERI LEBIH BAIK DARIPADA MENERIMA. Ketika Tuhan memberkati Anda secara finansial, jangan menaikkan standar hidup Anda. Tingkatkan standar pemberian Anda. – Mark Batterson.

YennyIndra
TANGKI AIR & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

https://mpoin.com/

SeruputKopiCantik

yennyindra

InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan

mengenalTuhan #FirmanTuhan


Spread the love

Related Post