Boundaries ….

Spread the love

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Boundaries ….

“Thanks for your love and continuous support. I am a blessed wife, woman, mother and mother in laws,” ujar B. Linda Rahardjo,
Tugas orang tua terhadap anak :
1. Memberi nama.
2. Mendidik.
3. Menikahkan.
*SELESAI!*
4. Mendoakan anak dan cucu seumur hidupku. Sampai dipanggil Tuhan. (Bonus)
Sekarang sisa hidup ini. Belajar jadi wanita bijak sesuai kehendak Tuhan.
Kita melahirkan anak untuk dilepaskan.
Yg tak boleh dilepaskan hanya doa-doa  kita. Itu yang bernilai kekekalan. Benar ga ya?”

Dr. Paulus dan B. Linda Rahardjo adalah pasangan pemimpin yang menjadi panutan bagi saya. Harmonis, cinta Tuhan, sukses, anak-anaknya berprestasi luar biasa dan hidup mereka sungguh-sungguh memberi dampak positif dalam pekerjaan mau pun komunitas.
Jawaban ini sebagai balasan saat saya chat mengucapkan Happy Wedding Anniversary.

Apakah kebetulan?
Saya yakin tidak!
Tuhan sedang berbicara dan mengajar saya melalui chat beliau.
Saya pun merenung.

Anak dilahirkan untuk dilepaskan.
Anak itu titipan Tuhan. Dia tidak bisa memilih siapa ortunya, demikian juga sang ortu tidak bisa memilih siapa anaknya.
Tentunya Tuhan tahu mana yang paling pas untuk keduanya. Ada tujuan tertentu, mengapa Tuhan mengatur demikian.

Anak diberi nama, dididik sesuai dengan pengertian sang ortu. Tidak ada ortu yang sempurna. Keduanya saling belajar dan dibentuk dalam perjalanan hidup baik ortu mau pun sang anak.

Setelah anak menikah, dilepaskan. Tugas orangtua tinggal mendoakan hingga ajal menjemput.
Anak telah mendirikan negaranya sendiri, negara yang merdeka.
Cara saya berhubungan, tidak lagi ibu dengan anak, melainkan antar negara.

Bagaimana dengan cucu?
“Itu milik negara lain. Kita bisa memberikan usulan dan pendapat, tetapi keputusan di tangan mereka.
Jangan pernah merasa cucu itu milik kita. Itu bukan ranah kita,” ujar Rosita sahabat saya kerap memberi nasihat.

Hhhmmm Tuhan baik, mengirim banyak mentor untuk saya.

Boundaries (batas-batas alias pagarnya) menjadi jelas sekarang.
Boundaries yang jelas, menghindarkan kita dari ribuan pertempuran yang tidak perlu.
Thanks Ci Linda & Rosita!
Saya belajar.

*****
Prinsip anak bukan milik kita, pertama saya dengar saat mengikuti seminar Mother Wise.
Cukup mengagetkan para peserta karena sebagai orang Asia, sudah menjadi kewajiban anak untuk memelihara dan merawat orangtuanya di masa tua.
Itu tanda bakti sang anak.

Baik pengajaran leluhur mau pun firman Tuhan mengajarkan, ada berkat (hoki) tersendiri untuk anak yang berbakti.

Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu, merupakan salah satu perintah dalam 10 Perintah Allah.

Tinggal di Panti Jompo, merupakan ketakutan dari beberapa teman.
Dan sebagian menganggap anaknya durhaka jika tidak bersedia merawat orangtuanya di masa tua.

“Menurut Bu Yenny bagaimana?”, tanya seorang teman.

“Saya tidak tahu bu… Saya bukan Tuhan. Kadang kita begitu sibuknya memikirkan apa yang mungkin terjadi di masa depan, sementara apa yang akan terjadi 1 jam lagi saja, kita tidak pernah tahu.”

Selama masih mampu mandiri, kami memilih hidup mandiri. Idola saya Bu Magdalena Sukartono. Meski sudah berusia 80 tahun masih aktif bersosmed, cerdas, sehat, kreatif dan menjadi motivator terkenal. Masih menjadi pendamping beberapa perusahaan besar. Hidup sendiri secara mandiri bersama Ling Ling anjingnya.

Saat sepuh dan butuh pertolongan, tentu saya lebih senang jika ada anak yang bersedia merawat. Tetapi kalau tidak pun, saya percaya, itu yang terbaik bagi saya.

Di Panti Jompo yang bagus, mereka senang koq hidup dengan teman-teman segenerasinya.
Sahabat saya, Vannessa, melayani di Panti Jompo di Belgia. Mereka diperlakukan dengan baik, penuh kasih dan dihormati. Terlebih Vannessa memang pelayan Tuhan yang penuh kasih dan peduli.

Saya meminta kepada Tuhan, jangan sampai hidup saya merepotkan siapa pun. Tidak ingin berhutang budi juga.

Hidup saya ada di tangan Tuhan. Sejak muda saya sudah mengikut Tuhan dan saya percaya, Allahku mengasihi saya lebih daripada saya bisa mengasihi diri saya sendiri.
Dia sudah berjanji, merancanglan bagi saya, hari depan yang penuh harapan.
Dan saya percaya.

Sepanjang hidup saya berusaha taat dan menabur berbagai benih kasih dan kebaikan baik dalam hidup anak-anak, keluarga, teman dan orang-orang yang saya kenal, semampu saya dan sesuai dengan pengertian saya pada saat itu. Sempurna? Tentu tidak! Tetapi Tuhan tahu sikap dan ketulusan hati saya.

Dan saya selalu percaya, apa yang saya tabur, itulah yang saya tuai. Termasuk saya berusaha konsisten menulis Seruput Kopi Cantik, sebagai benih inspirasi kebaikan yang saya tabur selama bertahun-tahun.

Saya senang sekali dengan komentar Novi yang sangat bijak,
“Aku bilang ke anak tunggalku, papi mami tidak akan membebani kamu harus memelihara kami. Papi mami akan hidup sendiri setelah kamu menikah. Kami juga sudah membeli asuransi kesehatan agar tidak membebani kamu kelak. Kalau perlu, Papi mami tidak keberatan jika harus tinggal di Panti Jompo. Tentunya dengan harapan panti jompo yang nyaman seperti di luar negeri.”

Kembali saya belajar…

Hidup itu bukan saya yang mengatur. Saya bukan Tuhan.

Yang bisa saya lakukan adalah hidup berhikmat.
Saya percaya kesembuhan Tuhan, tetapi saya tetap menyiapkan asuransi kesehatan, sebagai payung.
Menabung agar bisa mencukupi kebutuhan hingga akhir hayat nanti.
P. Indra dan saya berusaha semaksimal mungkin menyiapkan masa depan yang terbaik, agar jangan sampai saat meninggal nanti, meninggalkan berbagai beban yang memberatkan anak-anak dan keluarga.
Terus menerus belajar dan berkarya, agar setidaknya saat kami sudah tidak di dunia ini, mereka punya kebanggaan tersendiri menjadi keturunan kami.

*Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka.*

Saya selalu bangga menjadi anak papa dan mama saya dan menjadi menantu dari ortu P. Indra.
Ke mana pun kami pergi, berbagai kesaksian bagaimana papa-papa kami menolong orang lain. Mama- mama yang murah hati senang berbagi.
Itu menjadi teladan kami.

Hidup hanyalah meresponi secara positif apa pun yang disodorkan oleh kehidupan.
Ketika hidup memberimu jeruk, buatlah limun, demikian quotes Zig Ziglar.

Saya tidak sibuk memikirkan yang nun jauh di sana.
Tugas saya memastikan setiap langkah hidup saya setiap hari,  betul-betul mengikuti arahan Tuhan dan mengerjakan yang terbaik sesuai kehendak-Nya.
Saya yakin dan beriman, saya akan berada di tempat yang terbaik dan menjadi pribadi terbaik yang menggenapi rancangan-Nya dalam hidup saya.

I do my best and God will do the rest.
Itulah kesuksesan yang sejati!

Bagaimana pendapat Anda?

Your call will become clear as as your mind is transformed by the reading of Scripture and the internal work of God’s Spirit. The Lord never hides His will from us. In time, as you obey the call first to follow, your destiny will unfold before you. The difficulty will lie in keeping other concerns from diverting your attention. – Swindoll Charles R.

Panggilan hidup kita menjadi jelas ketika pikiran kita diubahkan selaras dengan  firman Tuhan dan pekerjaan internal Roh Allah.  Tuhan tidak pernah menyembunyikan kehendak-Nya dari kita.  Pada waktunya, saat kita mendahulukan, mematuhi dan mengikuti panggilan-Nya, takdir akan terbentang di hadapan kita.  Kesulitannya adalah menjaga agar perhatian kita tidak teralihkan pada hal yang lain. – Swindoll Charles R.

YennyIndra
TANGKI AIR *ANTI VIRUS* & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

https://mpoin.com/

#SeruputKopiCantik
#yennyindra
#InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan
#mengenalTuhan #FirmanTuhan


Spread the love

Related Post

Perlu PCR-kah?Perlu PCR-kah?

Spread the loveSeruput Kopi CantikYenny Indra Perlu PCR-kah? “Ce, besok aku, suami dan anakku mau test PCR. Sabtu minggu lalu kami dinner dengan seorang teman, dia baru beri kabar kalau