Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Living Content- Hidup Memuaskan. Mungkinkah?
“Bu Yenny tentu sedih ya… Dengan adanya pandemi gak bisa travelling lagi.”
“Saya belajar menikmati apa pun yang ada bu… Kepingin sich liburan lagi tapi jangan jadi beban.”
Apa yang membuat manusia tidak bahagia?
Saya merenung.
Saat di Jakarta, yang diingat yang di Surabaya. Makanan, misalnya.
Sebaliknya, saat di Surabaya, ingat dan menginginkan yang di Jakarta.
Atau hal-hal lain yang tidak bisa kita peroleh saat ini.
Familiar?
Itulah manusia… Gak ada puasnya.
Karena itu para bijak menyarankan, syukuri apa yang kita miliki dan ada saat ini.
Jangan berusaha mengendalikan sesuatu.
Ingat kita bukan Tuhan.
We can’t always control what happens in our lives- things will go well, things will go poorly-but what we can control is our response to those events. – Kenneth Blanchard.
Kita tidak selalu dapat mengontrol apa yang terjadi dalam hidup kita – apakah segala sesuatunya akan berjalan dengan baik, atau justru berjalan buruk – tetapi yang dapat kita kendalikan adalah respons kita terhadap peristiwa itu. – Kenneth Blanchard.
Saya belajar menjadikan Tuhan pusat kehidupan saya. Dan saya percaya Tuhan akan mengatur segala sesuatu untuk kebaikan saya.
Kita tahu bahwa Allah mengatur segala hal, sehingga menghasilkan yang baik untuk orang-orang yang mengasihi Dia dan yang dipanggil-Nya sesuai dengan rencana-Nya.
Bahkan ketika si musuh merancangkan yang jahat, memasang batu sandungan, tetapi Tuhan akan mengubah batu sandungan itu dan diubah-Nya menjadi batu pijakan, agar saya dapat naik ke tempat yang tinggi sekali, yang tidak dapat saya capai tanpa adanya batu tersebut.
So… Saya bisa menjalani setiap langkah dalam kehidupan saya bersama-Nya. Memasuki setiap pintu yang Tuhan bukakan, dan berbelok saat menghadapi pintu yang tertutup tanpa harus kecewa.
Senantiasa belajar mengingatkan diri, kalau Tuhan menutup pintu, pasti ada alasan baik yang tidak saya mengerti.
Bukankah otak saya yang hanya sebesar kacang, tidak akan dapat memahami pikiran Allah yang Maha Kuasa?
Allah mengasihi saya, lebih dari saya dapat mengasihi diri saya sendiri.
Buat apa saya khawatir, kecewa dsb?
Kerap setelah lama berlalu….
Saat menoleh ke belakang, saya bersyukur untuk pintu-pintu yang tertutup. Apa yang dulu saya inginkan, ternyata ujungnya menuju ‘maut’.
Bersyukur Tuhan baik dan meluputkan saya dari semua itu.
Mudahkah?
Sama sekali tidak!
Kita hidup dalam masyarakat yang mempunyai pola pikir berbeda-beda, kedewasaan rohani yang berbeda pula.
Kadang cukup terganggu dengan komentar penonton.
‘Apa kata orang?’, dalam budaya kita masih sangat diperhitungkan.
Dibutuhkan keberanian dan iman untuk melangkah maju, mengikuti arahan Tuhan, sementara saya sendiri tidak tau ending-nya di mana.
Satu-satunya pegangan karena saya mengenal siapa Allah-ku yang sudah berjanji tidak akan membiarkan mau pun meninggalkan saya.
Saya memutuskan untuk lebih lagi melekat kepada-Nya dengan cara menghidupi serta menggali firman-Nya karena firman itulah Allah sendiri.
Apa yang terjadi?
Hidup jauuuuuh lebih enteng.
Saya menikmati hal-hal baik yang Tuhan karuniakan. Orang-orang baik yang Tuhan pertemukan. Hidup jadi jauh lebih simple.
Saya mengerti sekarang arti:
Datanglah kepada-Ku kamu semua yang lelah, dan merasakan beratnya beban; Aku akan menyegarkan kamu. Ikutlah perintah-Ku dan belajarlah daripada-Ku. Sebab Aku ini lemah lembut dan rendah hati, maka kamu akan merasa segar. Karena perintah-perintah-Ku menyenangkan, dan beban yang Kutanggungkan atasmu ringan.
Beban hidup kita jadi ringan ketika kita berjalan bersama-Nya.
Prinsipnya:
Berpikir seperti Allah berpikir, menurut firman-Nya. Dan berbicara pun sesuai perkataan Allah dalam firman-Nya.
Saya paham sekarang, itulah rahasia Living Content, hidup yang memuaskan.
“Life isn’t about waiting for the storm to pass. It’s about learning how to dance in the rain,” ujar Vivian Greene.
Hidup bukan tentang menunggu badai berlalu. Melainkan bagaimana belajar menari di tengah hujan,” ujar Vivian Greene.
Praktik yuk…
We must offer ourselves to God like a clean, smooth canvas and not to worry ourselves about what God may choose to paint on it, but at each moment, feel only the stroke of HIS brush – Jean Pierre de Caussade.
Kita seharusnya mempersembahkan diri kita kepada Tuhan bagaikan kanvas yang bersih dan halus serta tidak mengkhawatirkan apa yang mungkin akan Tuhan pilih agar terjadi pada diri kita, melainkan setiap saat kita menikmati sapuan kuas-Nya -Jean Pierre de Caussade.
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK-
PEDULI KESEHATAN