My Mom, My Hero, In Memoriam…

Spread the love

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

My Mom, My Hero, In Memoriam

31 Maret 2021, pk. 03.50, mama pulang ke rumah Tuhan. Mengejutkan!
Semalam kondisi sudah sangat membaik.

Berbagai kenangan bak film menari-nari di pelupuk mata. Mama pribadi yang ramah dan suka berteman. Teman-temannya banyak.

Mama mengajari saya agar selalu berbagi dan memperhatikan orang lain. Apalagi kami tinggal di kota kecil, oleh-oleh untuk teman atau kerabat dekat itu, wajib.

Bahkan saat tidak bepergian pun, mama suka antar-antar makanan ke teman-temannya. Hingga sudah tua. Memang itu hobinya.

Mama setiap lebaran membagi-bagi bingkisan berisi makanan untuk tetangga dan kenalan.
Suatu saat ada nama yang tidak familiar. Ketika itu saya masih kecil.

“Siapa ini Ma?”

“Ooo ada keluarga yang baru pindah ke Kebumen… Dekat rumah si Anu.”

Tetangga baru pun dapat kiriman. Padahal rumahnya lumayan jauh dari rumah kami. Yang unik lagi, keluarga ini pendatang baru di kota kami. Bukannya sang tetangga baru yang memperkenalkan diri pada mama, yang penghuni lama, tetapi justru mama yang kirim bingkisan lebaran duluan. Padahal belum kenal…

Suatu ketika Bapak & Ibu pemilik Toko “Basuki”, beda 1 toko dari toko milik papa dan mama, hendak menjual tokonya. Beliau menawarkannya pada papa dan mama. Saat itu ada orang lain yang berminat membelinya, sang bapak menjawab,

“Kecuali papa dan mama Toko “Pojok (nama toko besi milik papa & mama) tidak mau membeli, baru saya jual ke orang lain.”

Papa dan mama dapat keistimewaan karena baiknya hubungan mereka dengan tetangga. Terutama karena mama yang luwes membangun hubungan. Akhirnya Toko Basuki jadi milik kami.
Saya belajar dari beliau, investasi properti.

Tamu-tamu yang datang saat mama disemayamkan berkomentar,
“Mamamu orangnya nyedulur banget, (mengangap saudara), sama siapa saja. Gak pilih-pilih orang.”

Kesaksian sebagian besar tamu dari dalam dan luar kota, yang diingat selalu kiriman makanan dari mama. Kadang saat ke luar kota, sekedar mampir antar masakan. Kebetulan Pancawarna Resto, dulu persis di sebelah rumah kami. Gampang ordernya.

Kerabat yang mestinya angkatan muda, justru mama yang bela-belain mampir kirim masakan. Umumnya kan yang muda yang bertandang pada yang tua. Mama gak peduli…

Di kota kecil, selalu ada bakoel jajan (penjual kue keliling yang digendong dengan membawa tenong) seliweran dengan tenongnya. Mama itu idolanya bakoel jajan. Selalu beli jajan dan makanan macam-macam.

Pas sakit saya suka godain,
“Ayoo ma cepat sembuh.. sudah ditungguin bakoel jajan lho…”

Mama tertawa.

Beberapa salesman, kenalan, pegawai, sopir, kernet yang kerap mengirim sesuatu ke toko bercerita, mama sering kasih jajan untuk mereka.
Yang lucu tidak hanya jajanan, kadang dikasi sayur dan buah juga.
Banyak yang mengaku kehilangan.

Gak heran ya… saya doyan sekali jajanan… Bukti anaknya mama! Wkwkwk….

Kebiasaan itu dulu amat lekat dalam hidup saya. Wajib oleh-oleh. Sampai saya pindah ke Surabaya, ternyata di kota besar berbeda. Oleh-oleh masih sich… Tapi tidak setiap pergi mesti berbagi oleh-oleh ke sana ke mari. Digilir. Apalagi P. Indra & saya lebih sering pergi daripada stay di suatu tempat.

Jaman dulu ga ada WA, jadi cara mama menyapa kenalan yang lama gak kontak ya dengan kirim makanan. Eh.. nular ke saya.

Kadang tanpa sadar saya meniru. Ingat guru or teman, lama gak kontak. Kirim kue …
Bukan yang heboh sich, sekedar sebagai tanda kasih, hormat dan ungkapan ‘saya ingat kamu lho’.

Tapi ternyata trik ini joss untuk membina hubungan.

“Kirim kue ya Ma…?”, Goda Michelle.
Karena dia tau persis jurus mamanya dalam menjaga silaturahmi ya… kirim kue.
Kalau sekarang naik kelas, kadang kirim buku. ?

Mama pribadi yang murah hati. Saya bersahabat dengan lily, anak tetangga. Mama bersahabat dengan mami lily. Tidak jarang membelikan saya dan lily kain untuk bikin baju kembaran. Senangnya…
Kaya seragam anak panti asuhan… Hahaha…

SMA saya sekolah di Semarang dan kuliah di Jogja. Khas orang dari kota kecil, setelah lulus SMP menimba ilmu ke kota yang lebih besar. Tinggal di asrama atau kost.
Papa mama rutin mengunjungi saya. Plus dibawakan makanan dan keperluan-keperluan di sana.

Selain itu, mama rutin mengirimkan paket berbagai makanan, dari buah, kue dll, di packing dalam dos sebesar dos air mineral. Mama ingin memastikan, putrinya gak sampai kelaparan.

Yang lucu, mama kerap menyelipkan uang dalam dos sabun atau bungkusan makanan tertentu. Mama kuatir saya kehabisan uang jajan jadi diberi extra.
Tanpa memberitahu pula.
Kadang rasanya seperti memperoleh harta karun.
Tidak sengaja pas buka sesuatu, Lho… Ada duitnya.
Senang tentunya… apalagi saat duit jajan menipis.
Yeaaaayyy…

Saat sudah sepuh, pas saya pulang Kebumen, mama berpesan:
“Tante… kasi angpao ya… Gak perlu terlalu banyak. Tapi orangtua itu senang kalau masih bisa pegang uang. Bisa beli sesuatu yang diinginkannya. Orangtua itu keinginannya gak macam-macam koq…”

Sahabat mama bercerita, banyak yang mengunjunginya dan membawakan buah tangan. Tetapi nyaris semuanya bawa makanan, yang belum tentu bisa dinikmatinya. Orangtua banyak pantangan makanannya. Beliau senang kalau diberi uang. Kadang ingin beli sesuatu tanpa harus minta uang pada anaknya.

Saya paham keinginan mama.
Jadi setiap pulang saya tahu apa yang harus dilakukan. Kadang si A, B atau C yang harus diberi amplop.

Tetapi mama tetap check dan re-check,
“Tante… sudah dikasi?” Atau
“Si A sudah dikasi belum?”

Hal ini terjadi setelah mama sudah tua tidak menjalankan toko lagi. Dari muda hingga tua, mama rajin bekerja di tokonya. Tidak pernah beliau minta-minta uang pada anaknya atau siapa pun.

Mama selalu memotivasi teman-temannya, jangan sampai rumah mereka dijual lalu ikut anak.

“Numpang ikut anak itu gak enak. Yang satu memang anak kita sendiri, yang satunya kan menantu, anaknya orang lain. Ya kalau mereka sedang rukun… Pas mereka berantem, ada masalah, kan jadi orang yang menumpang serba salah. Apalagi kalau sampai membebani mereka,”
ujar mama,
“Mau pulang ke rumah sendiri, sudah terlanjur dijual. Belum lagi kalau disuru bantuin ‘momong’ merawat cucu. Ada kalanya badan cape tapi mau menolak atau tidur kan sungkan. Wong numpang…. Dalam keadaan apa pun, lebih enak tinggal di rumah sendiri. Mau makan, mau tidur… Bebas! Kan ini rumah kita sendiri. ‘Luwih kajen’ (lebih dihargai, dalam istilah Jawa) dihadapan anak mantu’

Dahsyatnya mamaku …!!!
Punya prinsip!
Tahu menempatkan diri agar senantiasa dihargai orang.

Itulah sebabnya, meski adik saya, Iwan Gustan, sudah meninggal, mama memilih tinggal dengan menantunya di rumahnya sendiri.

Tuhan baik. Adik ipar saya, Ayda Susana atau saya biasa memanggilnya Ay Cen, merawat dan mengasihi mama dengan sangat baik.

‘Malaikat’ yang dikirim Tuhan untuk mama.
Tidak keberatan juga, meski tiap hari mama kirim makanan ke sana ke mari, saat mama sudah pensiun. Dibutuhkan jiwa besar dari sang menantu.
Thanks Cen… Kami sekeluarga sangat menghargaimu.

Apa yang ditabur orang, itu yang dituainya, tidak pernah salah. Mama menabur hal-hal yang baik, diberi menantu yang baik pula.
Buah tidak pernah meleset dari benihnya.

Ajaran mama yang lain, jangan berhutang. Kalau beli, segera bayar. Biar gak ‘kepikiran’.
Ingat budi baik orang lain.
Balas kebaikan yang kita terima.
Jadi orang wajib tahu terimakasih.

“Lebih baik kita yang kelebihan kasi orang lain, daripada kita yang berhutang budi.. Hutang budi dibawa mati.”

“Dalam hidup, jangan boros-boros. Hidup sewajarnya. Harus punya tabungan untuk pegangan. Hiduplah dibawah kemampuan, supaya selalu ada yang bisa disimpan. ‘Penak-penako nyekel duit dewe’ (lebih enak selalu punya pegangan uang sendiri).”

Mama menghidupi apa yang diajarkan Tuhan:
Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu.

Mama seorang wanita perkasa, pekerja yang rajin, tahu nilai dirinya dan tekun menabur benih-benih kebaikan.
Kami anak cucunya, kerap mendapatkan keberuntungan, buah dari taburan benih mama.
Kemudahan-kemudahan kami peroleh karena orang itu mengenal mama.

Kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka.

Itulah sebagian nilai-nilai yang saya terima, sehingga membentuk YennyIndra sekarang ini.
Bersyukur punya Papa Mama yang punya Nama Baik, bisa dibanggakan dan tidak pernah membebani anak-anaknya.

Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.

Terimakasih Mama untuk segala yang sudah Mama tanamkan dalam kehidupan saya. Banyak hal yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata namun merupakan warisan hidup yang sangat berharga dan tidak lekang oleh waktu.

Pelajaran saat seseorang meninggal, tidak ada yang menanyakan berapa banyak aset dan kekayaan.
Tetapi yang dikenang orang, apa yang sudah kita lakukan yang membuat hidup orang di sekitar kita berbeda.

Warisan harta dan karya tentu penting juga, agar memudahkan jalan keturunan kita dalam menapaki kehidupan. Bersyukur, Papa Mama juga memberikannya untuk anak-anaknya. Lengkap apa yang beliau wariskan.

Selamat Jalan Mama… Bahagia dalam pangkuan Bapa di Surga, reuni dengan seluruh keluarga yang sudah berada di surga.
Love you forever….

Note:
Ma, bahkan sekarang pun terasa ada bagian hatiku yang kosong. Tempat mama tidak tergantikan oleh apa pun juga. Miss u, Ma…

“You are my angel, you remind me of the goodness in this world and inspire me to be the greatest version of myself.” – Steve Maraboli

“Mama adalah malaikatku, mama mengingatkanku pada kebaikan di dunia ini dan menginspirasi saya untuk menjadi versi terhebat dari diri saya sendiri.” – Steve Maraboli

YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

https://mpoin.com/

SeruputKopiCantik

yennyindra

InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan

mengenalTuhan #FirmanTuhan


Spread the love

Related Post