Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Belajar Dari Agnez Mo dan Daniel Mananta.
Youtube Daniel Mananta dalam acara “Daniel Tetangga Kamu” bersama dengan Agnez Mo masuk dalam chat hp saya. Saya pun menontonnya.
Wow bagus….
Mereka membicarakan hal rohani yang dalam maknanya.
Salah satu yang membuat saya terpukau, saat Agnez bilang,
“Kita seharusnya mensyukuri dan puas dengan apa yang kita miliki, tetapi kita juga mestinya puas dan bersyukur dengan apa yang Tidak atau belum kita miliki.”
Ungkapan ini menempelak saya.
Daniel pun berkomentar,
“Betul sekali. Kita terbiasa diajar bersyukur memiliki rumah, dengan membandingkan orang lain yang di luar sana, tidak memiliki rumah. Akibatnya, tanpa sadar kita merasa lebih baik. Kastanya lebih tinggi daripada yang tidak punya rumah.”
Ini diskusi yang dalam.
Kita terbiasa merasa lebih baik saat membandingkan diri dengan orang lain yang berada di bawah kita, tetapi sebaliknya, menjadi minder saat membandingkan diri dengan orang yang memiliki lebih dari kita.
Padahal seharusnya, masing-masing “Run Your Own Race”. Setiap kita punya jalur pertandingannya masing-masing, dengan lintasan dan tantangannya sendiri-sendiri. Kalau ingin menang, seperti dalam lomba lari jarak pendek, kita harus fokus dan mencapai garis finish kita sendiri. Lawan kita adalah diri kita sendiri, bukan orang lain. Jangan membandingkan diri dengan orang lain. Jangan juga berdebat dengan penonton yang ada di samping lintasan.
Saya pun merenung.
Apa yang bisa membuat kita puas dan bersyukur untuk apa yang Tidak atau Belum kita miliki?
Kalau kita fokus di jalur kita masing-masing, kita bersyukur dengan apa yang sudah Tuhan berikan dan bisa juga mensyukuri apa yang Belum Tuhan berikan.
Kalau Tuhan belum memberikan, mungkin karena kita belum mampu mengelolanya. Karena itu, saat ini Tuhan sedang mempersiapkan kita. Memproses dan mendewasakan.
Ketika kita sudah mampu, pasti Tuhan akan mempercayakannya kepada kita.
Ketika menggali lebih dalam lagi, saya sadar… Kuncinya adalah seberapa jauh kita mengenal Allah dan bagaimana persepsi kita terhadap-Nya?
Jika kita yakin akan kasih-Nya, bahwa Tuhan mencintai kita bahkan melebihi kita dapat mencintai diri sendiri, tentu mudah untuk mempercayakan hidup kita kepada-Nya.
“Tuhan pastilah beri yang terbaik… Gak mungkin terlambat. Waktunya pas, pasti diberi…”, demikian kata hati yang beriman.
Bagaimana jika betul-betul tidak diberi?
Kita hanya mampu melihat sejauh mata memandang, tetapi Tuhan mampu melihat jauh hingga ke masa depan. Sebagai Bapa yang baik, jika itu berbahaya atau merugikan kita nantinya, tentu dia tidak memberikannya.
Dia akan memberikan yang kita inginkan dalam bentuk yang mungkin saja tidak persis sama dengan bayangan kita, tetapi sesungguhnya Tuhan menjawab kebutuhan kita.
Saat flashback, saya pernah berdoa supaya Tuhan buka jalan untuk bisnis A. Tetapi tidak terjawab. Sesungguhnya saya tidak mengerti di bidang A, tetapi menginginkannya, karena teman yang bisnis A, kelihatannya begitu menguntungkan dan menjanjikan.
Sebaliknya, Tuhan membukakan jalan untuk bisnis tangki air, yang menjadi salah satu bisnis utama kami.
Tuhan menjawab, tetapi bentuknya berbeda.
Kalau saja kita tidak yakin akan kasih-Nya, kita akan berusaha memastikan bahwa kita bisa mendapatkan apa yang kita dambakan dengan cara dan usaha kita sendiri.
Inilah yang akan menyebabkan strugle, beban, stres di kemudian hari.
Tuhanlah pusat kehidupan kita.
Ketika kita menjadikan Tuhan sebagai pusatnya, maka segala sesuatu akan berjalan selaras dan pada tempat yang seharusnya.
Iman adalah bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Tuhan memberikan sebuah perkataan, saat kita mentaatinya, barulah Tuhan menunjukkan langkah berikutnya.
Kunci yang membuat kita mendapatkan segala sesuatu yang didambakan manusia di dunia ini adalah kerendahan hati.
Apa definisi rendah hati? Sepakat kepada apa yang Tuhan katakan dan bergantung sepenuhnya kepada-Nya.
Apa benefit rendah hati? Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan, artinya termasuk kesehatan, perlindungan, damai sejahtera dan bebas dari ketakutan.
Pada saat ini, ketika banyak orang phobia terhadap Covid, hidup bebas dari ketakutan adalah sebuah kemewahan.
Intinya, semua yang diinginkan manusia ada di sana.
Pertanyaannya:
Sungguhkah kita mempercayai-Nya?
Sudahkah kita rendah hati?
Always trust the Lord completely. Do not think that your own wisdom is enough. Remember the Lord in everything that you do. If you do, he will show you the right way to go.
Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK-
PEDULI KESEHATAN