Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Mengapa Tuhan Tidak Menjawab Doaku?
Pada suatu ketika, 5 orang anak asyik berenang di laut. Cuaca cerah dan pemandangan pun sangat indah. Mereka sangat menikmatinya sambil bermain riang, lalu tiba-tiba seorang anak terseret dan nyaris tenggelam.
Teman-temannya segera berenang ke tepian, mencari penjaga pantai dan minta pertolongannya.
Sang penjaga pantai segera melihat ke laut… Nampak anak itu berjuang keras menyelamatkan diri.
Sang penjaga pantai bergeming
“Mengapa Anda tidak segera menolongnya?”
Penjaga pantai tetap diam, namun matanya terus menatap ke laut.
Nampak si anak makin kuat berusaha lepas dari jeratan air sambil berteriak minta pertolongan.
“Cepatlah, tolong dia …”, Teriak orang-orang yang melihatnya dengan hati miris. Teman-teman anak ini kebingungan tetapi mereka merasa tidak mampu menolong juga.
Penjaga pantai diam seribu bahasa. Matanya dengan konsentrasi penuh melihat ke laut.
Nampak anak itu makin lemah…. Kehabisan tenaga.
Begitu si anak nyaris tenggelam, sang penjaga pantai segera melompat, menangkap anak itu dan membawanya ke tepi pantai lalu memberikan pernafasan buatan serta menolongnya.
“Mengapa engkau membiarkan anak ini nyaris mati baru engkau menolongnya?”
“Selama anak ini masih memberontak, berusaha dengan kekuatannya sendiri untuk menyelamatkan diri, maka saya tidak bisa menolongnya. Saya sudah berpengalaman puluhan tahun. Justru saya bisa kehabisan tenaga, hanya untuk mengatasi pemberontakan anak ini. Berbahaya baik untuk anak ini, mau pun saya. Saat sang anak sudah menyerah, barulah saya bisa menolongnya. “
Kisah yang diceritakan Rick McFarland, guru Charis yang dikutip dari buku Watchman Nee, memberikan pelajaran berharga yang memiliki makna amat dalam.
Saya pun merenung.
Hmmm… Saya juga sering seperti itu.
Berdoa minta pertolongan Tuhan.
Tetapi masih sibuk berusaha dengan cara saya sendiri, -‘I did it my way’_ seperti lagunya Frank Sinatra.
Belum lagi penonton ‘ditepi pantai’ sibuk ngomong berteori, tetapi sesungguhnya tidak melakukan apa-apa.
Dan saya justru terpukau dengan berbagai teori bagus-bagus dan presentasi para penonton di tepi pantai.
Sadar kan kita, orang-orang yang ucapannya manis-manis dan menyenangkan hati, sesungguhnya tidak berniat menolong dan tidak mau berkorban untuk kita?
Teringat akan ungkapan Elisa,
“Papa itu keras dan kerap ‘memaksa’, menyebalkan rasanya. Tetapi setelah sekian lama, aku baru sadar. Karena punya papa seperti itu, aku bisa mandiri dan berbisnis sendiri. Chris tertantang karena papa juga,” Elisa tertawa,
“Temenku si A, papanya baik sekali dan manis. Penuh pengertian. Tapi gak pernah diajari apa-apa. Hidup si A ya… gak ke mana-mana. Gak tau mau ke mana juga. Aku baru sadar ternyata dengan cara itu, papa memacu anak-anaknya maju. Tergantung bagaimana respon masing-masing anak. Warisan yang sesungguhnya bukan uang dan harta tetapi kemampuan untuk survive dalam situasi apa pun, itu yang tak ternilai harganya. Tidak semua orangtua mampu melatih anak-anaknya jadi seperti itu.”
Sukses itu diciptakan. Bukan terjadi kebetulan. Tuhan melimpahkan berkatnya, tetapi kita juga harus melakukan bagian kita, yang natural. Dibutuhkan hikmat Tuhan, strategi, menimba pengalaman, agar bisa merajut keberhasilan. Sementara Tuhan mendorong dan mengaruniakan anugerah-Nya secara supernatural. Barulah kesuksesan Ilahi bisa tercipta.
Jadi orangtua memang tidak mudah. Apalagi anak-anak millenial saat ini, dari lahir sudah hidup enak penuh fasilitas. Tokoh-tokoh hebat berpendapat, anak-anak sekarang jauh lebih cerdas dan kreatif tetapi kurang ulet.
Take it for granted.
Repotnya, tanpa pernah merasa kekurangan, manusia tidak bisa menghargai kelebihan. Tanpa pernah merasakan sakit, tidak bisa mensyukuri kesehatan.
Apa ya… yang Tuhan lakukan untuk mendidik kita?
Dia diam dan menatap kita dengan penuh konsentrasi.
Allah menanti hingga kita kelelahan dan mau berserah.
Tuhan menolong kita dengan cara Tuhan, God’s Way, yang seringkali tidak terpikirkan.
Dalam sekejap, segala sesuatu berubah.
It may look like your situation is never going to change, but in a split second God can completely resolve it.
Sepertinya situasi kita tidak akan pernah berubah, tetapi dalam hitungan detik Tuhan dapat menyelesaikannya dengan tuntas.
Apakah kita sedang menanti jawaban doa yang tidak kunjung tiba?
Mungkin disebabkan kita masih terlalu ‘sombong’ mengandalkan nalar dan kemampuan kita sendiri.
Jalan Tuhan seringkali tidak masuk akal, sehingga logika kita kerap mengeliminir pilihan itu.
Butuh kerendahan hati, yang bersedia sepakat dengan apa pun perkataan Tuhan dan bergantung sepenuhnya kepada-Nya, lalu mentaati arahan-Nya.
“Panggang saja ‘your peanut brain’ alias otakmu yang hanya sebesar kacang,” ujar Greg Mohr dengan lucunya, menyindir bagaimana manusia kerap mendewakan logikanya.
Minta pertolongan Tuhan, sama artinya bersedia berpikir secara supernatural, yang mungkin saja menurut pemikiran dunia dianggap ‘mustahil’.
Pilihan ada di tangan kita sendiri:
God’s way or my way?
I surrender…. I will trust Your plan for my life.
Saya menyerah …. Saya memilih mempercayai rencana Tuhan untuk hidup saya.
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN