The Power of Positive NO – Menegur & Menolak Tetapi Orang Justru Respek. Mau?

Spread the love

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

The Power of Positive NO – Menegur & Menolak Tetapi Orang Justru Respek. Mau?

“Yenny, tolong dong post ulang artikelmu tentang Berkata TIDAK! Aku butuh menjelaskannya tapi gak bisa. Biar artikelmu saja yang menjelaskannya,” pinta sahabat saya.

“Siap…”


Entah mengapa ketika sedang belajar pelajaran “Conflict Resolution”, Tuhan mendorong saya membaca ulang buku-buku karya William Ury dari Harvard University.

3 Seri buku: “Getting To Yes” , yang ditulis bersama Roger Fisher dan Bruce Patton, “Getting Past No” dan “The Power of Positive No.”
Saya pernah membaca buku-buku ini puluhan tahun lalu dan bukunya ada di Surabaya.

Nach saya punya ‘library’ di Jakarta…. Segera saya mengontak sahabat saya, P. Abu Lora dan teng…teng…teng… E-booknya pun dikirimkan ke HP saya… Hanya buku yang ke 3, yang tidak berhasil ditemukan. Saya minta dikirim dari Surabaya.

Thanks P. Abu Lora! You are my angel.


Saya dibesarkan di Jawa Tengah dan lama tinggal di Jogja dan Solo.
Jadi bisa dibayangkan, betapa sulitnya bagi saya untuk mengatakan, TIDAK alias NO.
Ewuh pekewuh. Sungkan.

Sampai saya membaca serial 3 buku ini, yang membuat saya Pede menolak, jika diperlukan, dan ternyata ada cara menolak yang anggun.
Ada pula cara untuk mengubah kata TIDAK dari lawan, supaya bisa diubah menjadi YA.
Menarik ya?

Demikian juga ketika kita berani ‘menegur, mengingatkan, memberitahu’ sahabat kita, sesungguhnya kita Sedang Menyelamatkan dia dari Bahaya Yang akan Datang kelak. Karena setiap orang punya Blind -Spot, titik buta yang tidak disadarinya. Kejujuran membuktikan kita Sahabat yang Sejati.

Faithful are the wounds of a friend; but the kisses of an enemy are deceitful.Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.

Kata falsafah Jawa, ini cara “Ngalahke Tanpo Ngasorake” – “Mengalahkan Tanpa Merendahkan”.

Dan tidak berarti kalau kita menolak, atau berani jujur mengingatkan, lalu timbul permusuhan. Kadang justru menimbulkan respect, rasa hormat, bahkan bisa juga menjadi kesempatan untuk naik kelas. Tidak percaya?

Sila simak kisah berikut ini yang dikutip dari buku The Power of Positive NO:

Emily Wilson, pembantu rumah tangga yang telah bekerja sangat lama untuk keluarga ekonom terkenal John Kenneth Galbraith.
Suatu ketika Presiden Lyndon Johnson menelpon, mencari sang profesor.

“Apakah Bapak Galbraith ada?”
“Beliau sedang tidur siang dan telah memberi perintah untuk tidak diganggu.”
“Yah, saya adalah Presiden. Bangunkan dia!”
Saya minta maaf, Bapak Presiden, tetapi saya bekerja untuk Bapak Galbraith, dan BUKAN untuk Anda.”
Dan, Emily pun menutup telepon.

Ketika Galbraith ditelepon kembali setelah terjaga dari tidur siangnya, Johnson memberitahu dia:
“Siapa perempuan itu? Saya ingin dia bekerja untuk saya.”

Wow….
Emily mungkin bertubuh kecil, tetapi dia memahami batas-batas wilayahnya dengan jelas dan mempertahankannya dengan cara yang anggun mengatakan: NO! terhadap usaha pihak lain yang berusaha membuatnya menyerah dan mengakomodasi.

Keren ya?
Kebanyakan kita rela mengkompromikan apa saja demi dekat dengan orang-orang Top dan berpengaruh.
Ditelpon presiden? Langsung heboh! ???

Nilai-nilai dan batas-batas kebenaran yang dipertahankan, pada saatnya akan membuat seseorang naik.
Emas murni akan selalu berkilau, sementara kuningan hanya mengkilap sesaat, lalu luntur.
Promosi datang dari Tuhan.


Photographer Phillipe Halsman terkenal suka memotret orang yang tengah melompat di udara.
Richard Nixon, Robert Oppenheimer, Grace Kelly, Marilyn Monroe dan Duke serta Duchess of Windsor sebagian nama besar yang dipotretnya dengan pose melompat.

Why?
Menurut Hallsman, saat seseorang sedang melompat, dia akan fokus pada lompatannya sehingga semua topengnya hilang. Kepribadian aslinya terpancar. Wow….

Suatu ketika Hallsman meminta pianist Van Cliburn untuk berpose yang sama, melompat. Dan Van Cliburn menolak.
Ketika Hallsman menanyakan alasannya…
Sang pianist menaruh tangan ke dua tangannya ke punggungnya, mengangkat dagunya, dan berkata, “There is no need for explanation. – Tidak perlu ada penjelasan.”

Hallsman begitu terkesan dengan pernyataan ini, segera diambilnya gambar Van Cliburn dengan pose ini, dan tetap menyertakan foto Van Cliburn di dalam Jumping Book-nya yang terkenal.
Judul untuk foto itu: “Van Cliburn Won’t Jump.”

Meski ditolak, Hallsman menghargai privacy Van Cliburn dan dia terpesona dengan sikap penolakannya yang anggun.


Inilah 2 kisah yang telah mengubah kehidupan saya, hingga tidak ragu-ragu untuk menolak, jika memang diperlukan.

Kebiasaan lama, kalau menolak selalu disertai alasan. Kadang pusing cari alasan biar gak sungkan. Khas Wong Jowo, demi kesopanan.
Sekarang tidak lagi.
Meniru Van Cliburn, “No Explanation.”

“Maaf ya… Saya ga bisa hadir ” Titik!
Tidak perlu dijelaskan, klo memang tidak perlu penjelasan.

Belajar membuat wawasan kita makin luas dan menyadari ternyata begitu banyak pilihan-pilihan yang selama ini tidak kita ketahui, bahwa pilihan itu ada.

Dengan cara demikian, kita bisa ‘bergaul’ dengan berbagai orang-orang hebat, yang akan membawa hidup kita kian berkualitas.
Hidup kita tidak lagi ikut-ikutan apa kata orang tetapi setiap keputusan sudah dipertimbangkan masak-masak, dan dipilih dari berbagai kemungkinan yang ada.
Sudah diperhitungkan untung ruginya
Hidup tidak lagi dikendalikan oleh perasaan tetapi oleh nilai-nilai kebenaran dari Allah.
Hidup yang berhikmat.

Belajar sama-sama yuk….

The other often much prefers a clear answer, even if it is No, than continued indecision and waffling. William Ury.

Pihak lain sering kali lebih menyukai jawaban yang jelas, meski pun jawabannya TIDAK, daripada terus-menerus ragu-ragu dan bertele-tele -William Ury

YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

SeruputKopiCantik

yennyindra

InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan

mengenalTuhan #FirmanTuhan


Spread the love

Related Post

Kekinian…..Kekinian…..

Spread the loveSeruput Kopi CantikYenny Indra Kekinian….. Mengapa orang berlomba-lomba memasuki atau bergabung dengan hal-hal baru?Karena persaingan dibidang apa saja, sedemikian ketatnya, maka kebanyakan orang cenderung takut ketinggalan.Nanti dianggap kuno,