Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Berani Memilih Gak?
Sejak kecil saya memiliki permasalahan butuh persetujuan… dari orangtua, pasangan dsb.
Itulah sebabnya saya suka sekali membaca berbagai buku psikologi tentang hal itu, Percaya Diri.
Namun bak mengejar bayangan… tak pernah mendapatkannya.
Semuanya berjalan normal dan natural saja…saya belajar di Sekolah Charis. Bertahun-tahun pula, maklum program hybrid angkatan pertama, sambil menunggu video diberi sub-title, setiap level 2 tahun.
Tak terasa sudah 6 tahun sekolah.
Apa yang berubah?
Saya tahu saya diterima dan mengalami kasih Allah secara pribadi.
Dan saya tahu, saya benar-benar merasa aman menjadi diri saya sendiri.
Beneran?
Nach ada peristiwa kecil yang menyadarkan saya baru-baru ini.
Pada saat Samsung Fold Z3 saya bermasalah, pergilah ke service center. Ternyata sudah tidak bisa diapa-apakan. Terpaksa tukar tambah dengan Fold Z4.
Ketika diberi pilihan warna cover, awalnya memilih abu-abu tetapi terpikir, koq belum pernah y punya cover warna cream? Saya pilih cream.
Di rumah saat ngobrol, P. Indra berkomentar, “Kalau aku pilih yang abu-abu”.
Teman lain berkomentar, “Warna peach bagus lho!”
“Gak ada yang peach. Pilihannya hanya hitam, abu dan cream,” jawabku.
Tetapi aneh, hati saya tetap damai. Biasanya saya merasa gak nyaman klo pilihan saya tidak sesuai orang lain. Tidak disetujui.
Muncul pikiran di kepala,” Biarin saja orang lain gak suka warna pilihanku. Ini kan HPku…. Klo nanti bosan, simple… ganti saja cover warna lain….”
Happy… ternyata aku sudah berubah lho!
Yuliadi bercerita, “Love’s byproduct is obedience. Ps. Jason John Cowart. Ketaatan sejati adalah buah dari dikasihi. Selama 35thn saya terbalik memahami ini, saya kira jika saya taat, maka Tuhan (Bapa) akan mengasihi saya. Tapi saya lelah berjuang. Tapi ternyata begitu semakin sadar saya dikasihi, ketaatan mengalir dengan sendirinya. Tanpa saya sadari, sekarang saya jauh lebih taat dibandingkan dulu, ketika saya berusaha taat.”
Saya merenung dan menyadari sesuatu.
Dulu saya pun berusaha taat SUPAYA dikasihi, diterima dsb. Tetapi semakin mengenal kasih-Nya dan semakin merasa dikasihi, saya justru merasa Tuhan dan saya adalah satu.
Identitasku ya Allah, dan nilai-nilai yang dipelajari di sekolah menjadi bagian identitas saya, sama seperti menjadi istri P. Indra dan menjadi mama anak-anak saya, MPOIN dll menjadi bagian dari diri saya. Identitas yang melekat, tak terpisahkan.
Tidak lagi berusaha berdoa atau memaksa diri baca firman Tuhan, tetapi keseluruhan hidup saya memang fokusnya kepada Tuhan dan firman-Nya menjadi pusat kehidupanku. Kerinduan hati ingin taat mengalir secara alami.
Semakin jelas nilai-nilai yang saya pegang, semakin mudah mengambil keputusan. Dan itu membuat hidup menjadi sederhana.
Ada teman yang pilihannya sudah sangat gamblang terlihat, tetapi anehnya, tetap tidak berani mengambil keputusan.
Sekarang saya paham.
Dibutuhkan komitmen yang jelas, agar kita bisa memilih.
Selama tujuan hidup seseorang tidak jelas, maka setiap ‘pelabuhan’ menjadi tempat singgah yang menarik. Bahkan berbagai pilihan transportasi pun menjadi membingungkan.
“Mengapa merasa dikasihi membuat kita mudah mentaati Tuhan?”, ujar Yuliadi
Itu karena Yuliadi sudah tahu tujuan hidupnya. Merasa dikasihi Tuhan, mendorongnya ingin menaati dan menggenapi tujuan hidupnya.
Sedangkan teman ini, meski merasa dikasihi tetapi takut berkomitmen. Takut klo yang dipilih bukan yang terbaik. Kuatir ada yang lebih baik dari ini atau bahkan, kanan kiri oke, lebih baik.
Bisa ke sana dan bisa ke sini. Gak mau rugi. Fleksibel. Tergantung mana yang menguntungkan.
Ini prinsip hidup banyak orang di masa sekarang.
“Tergantung sikon,” katanya.
Padahal sudah jelas dituliskan para bijak, orang yang mendua hati tidak tenang hidupnya.
Sesungguhnya teman ini pun tahu dalam hati kecilnya, seharusnya memilih yang mana?
Namun karena terbiasa hati nuraninya dibungkam, suara Tuhan diabaikan, maka lama kelamaan menjadi keras hati. Tidak peka terhadap Tuhan.
Makin bingung pula dia…
Hidup adalah pilihan.
Bahkan tidak memilih pun, itu sebuah pilihan.
Yang patut dicatat, setiap pilihan ada konsekuensi yang mengikutinya.
Saya pribadi lebih suka menentukan pilihan, karena resikonya bisa diperhitungkan. Pilih yang memang terbaik dari setiap pilihan yang ada. Ketika memilih, saya bisa minta hikmat Tuhan, menentukan pilihan yang mana. Doa mengubah segalanya!
Daripada tidak berani memilih, lalu keadaan atau perkembangan situasi yang terjadi, akhirnya ‘memaksa’ saya untuk menanggung resikonya.
Bisa mengejutkan pula. Alamaaak….
Bagaimana pendapat Anda?
Until you learn how to depend on God, you will continue to be lost in this world. – Creflo Dollar
Sampai Anda belajar bagaimana bergantung pada Tuhan, Anda akan terus tersesat di dunia ini. – Creflo Dollar.
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK-
PEDULI KESEHATAN