Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
JUST A PEN IN GOD’S HAND
P. Puji, pendeta dari Batu, Malang, menelpon, setelah saya post tulisannya.
“Bu Yenny, dulu saya siaran radio, semua orang mengecilkan hati saya. Percuma saja, siapa yang mau dengar?,” beliau memulai kisahnya,
“Sampai 3 bulan tidak ada tanggapan sedikit pun. Sempat mau berhenti. Lalu ada seorang pegawai apotik yang memberikan komentar positif. Itu yang mendorong saya terus melanjutkan hingga kini… Tidak disangka, dampaknya besar sekali. Penggemar hingga ke pelosok-pelosok desa. Ada yang mau bercerai, mau bunuh diri, putus asa, semua batal karena mendengarkan pengajaran saya dari radio.”
Wow… Luar biasa.
Tidak sedikit juga yang merendahkan dan mengkritik beliau: tulisannya cethek, tidak mendalam dsb.
Saya tertawa….
“P. Puji, saya justru tertarik tulisan P. Puji karena kisah nyata, sederhana dan ditulis dengan bahasa yang kuno. Makanya saya percaya yang dilayani P. Puji benar-benar orang-orang desa. Kalau bahasanya tinggi… Mana bisa orang di pelosok desa paham? Saya pun bisa-bisa gak mengerti maksudnya.
Orang yang hebat itu, justru bisa menjabarkan sesuatu yang sulit, ruwet dengan cara sederhana sehingga orang awam pun bisa memahami.
Teringat Kwik Kian Gie, yang menggambarkan arti devaluasi dengan ilustrasi nasi goreng.
Orang awam pun jadi mengerti.
Tetapi saya bisa melihat ada Tuhan yang hidup di setiap tulisan P. Puji. Kupasan Firman P. Puji juga bagus. Mudah dimengerti. Yang lebih penting lagi, apakah tulisan kita bisa mendorong orang lain untuk menghidupi dan mempraktikkannya.
Istilah kerennya, apakah yang kita sampaikan berhenti hanya sampai di kepala sebagai pengetahuan belaka, atau sampai ke hati, hingga menjamah hati orang itu untuk berubah.”
“O begitu ya bu? Saya jadi lega…”
Sebetulnya saya juga mengalami hal yang serupa. Setelah warta jemaat di MDC berubah jadi 3 bulanan, saya kehilangan sarana. Menulis pasti ingin dibaca orang lain dan bermanfaat.
Ada seorang tokoh di bidang kepenulisan yang mengingatkan saya,
“Siapa sich Bu Yenny yang mau baca renungan? Sudah terlalu banyak renungan di mana-mana. Paling orang sungkan diberi emoji tapi gak dibaca.”
Tapi karena saya suka menulis, ya gak peduli…
Gak ada pilihan lain!
Untung guru menulis saya, P. Edy Zakheus tetap support, memberi semangat.
Yang tidak disangka, dengan konsisten menulis, saya mendapatkan banyak teman dari dalam dan luar negeri…
Dan yang lebih penting lagi, saya tahu bahwa saya sedang menggenapi rancangan Tuhan dalam menciptakan saya, melalui tulisan sederhana ini.
Saya hanya bisa menceritakan apa yang saya alami sehari-hari…. . Simple!
Siapa sangka dari tulisan yang sederhana bisa dibaca teman2 hingga ke berbagai belahan dunia. The power of social media.
Bahkan tidak sedikit grup yang isinya spesial berbagai renungan. Saat awal menulis, tidak terpikir ada grup seperti ini. Dan banyak peminatnya pula.
Kadang kita kerap membatasi dengan pikiran kita sendiri, – your peanut brain, kata guru-guru Charis.
Memang menulis itu tidak ada hasilnya secara materi. Sekedar hobi, tetapi saya menghargainya sebagai tugas agung Tuhan bagi saya.
Talenta jangan disia-siakan, apalagi sampai dibawa mati. Mubazir.
Yang paling membahagiakan, melalui tulisan Seruput Kopi Cantik, sahabat yang ‘hilang’ bisa dipertemukan. Teman-teman yang kebingungan terjerat kredit macet, bisa dipertemukan dengan P. FX yang berkenan mendampingi dan menolong mereka. Puluhan orang yang japri minta kontak P. FX. Belum lagi teman-teman yang minta diperkenalkan dengan P. Jimmy Leo dari Rest Area km 72A. Sekolah Gratis Pelita Permai dan Pondok Hayat, dipertemukan dengan donatur-donatur yang tidak mengenal mereka sebelumnya. Teman-teman tertarik Sekolah di Charis, dan banyak lagi…
Siapa sangka?
Pelajarannya, apa pun yang Tuhan percayakan di tangan kita, meski sederhana, gunakan dengan setia… Apa pun yang dikerjakan bersama Tuhan, akan menghasilkan sesuatu yang dahsyat!
Bukan karena hebatnya kita, tetapi karena setia menjadi wadah-Nya, maka Tuhan bisa mengalir melalui kita dan karya-Nya senantiasa mengagumkan.
Tuhan tidak butuh orang yang hebat.
Tuhan mau orang-orang biasa yang bersedia menundukkan diri kepada-Nya..
5 batu kali di tangan Daud, ditambah Tuhan, mampu membunuh raksasa Goliat.
Selain itu yang terpenting: hidupi, praktikkan dan bagikan. Sebuah karya jadi hidup dan bermakna ketika yang mengerjakannya betul-betul menghidupinya. Karya dari dalam hati.
Konon masakan yang dimasak dengan kasih, berbeda dengan masakan yang dimasak disertai omelan. Demikian juga dengan tulisan, istilah saya, ada nyawa penulis didalamnya. Michaelangelo patung karyanya terasa hidup dan mendunia. Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan, demikian rahasianya.
Yuk kita pakai talenta apa saja yang dipercayakan Tuhan bagi kita, sebagai ucapan syukur dan sarana untuk memuliakan nama-Nya…. Sadarkah kita, ada orang-orang yang membutuhkan talenta dan apa yang kita bisa, menjadi jawaban doa mereka?
Make Your Goals, God’s Goals. What if we prioritize His purpose for us above our personal dreams? We have no doubt that we will see miracles and destiny come to life when we choose to live a life like this!
Jadikan Tujuan kita, menjadi Tujuan Tuhan. Bagaimana jika kita memprioritaskan tujuan-Nya, di atas impian pribadi kita? Tidak diragukan lagi, kita akan melihat mujizat dan rancangan Tuhan menjadi nyata ketika kita memilih menjalani kehidupan seperti ini!
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK-
PEDULI KESEHATAN