Good To Great & Praktiknya…..!

Spread the love

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Good To Great & Praktiknya…..!

“Itu kan pendapat mama sendiri…. yang belum terbukti kebenaran teorinya. Pengalaman seseorang tidak bisa dijadikan dalil. Harus ada hasil riset yang memang sudah diakui, barulah bisa kita percayai”, demikian komentar anak-anak saya saat bertumbuh dewasa. Mereka dididik dengan pikiran ala Barat.

DIENNNNKKKK….

Belajar dari kasus itu, klo mau memberi nasehat, mesti disertai data yang valid. Itu sudah menjadi gaya hidup keluarga kami.

“Pelajaran mama saat ini, Team Building, ternyata diambil dari buku Patrick Lencioni. Bagus lho ada point 4 tugas kita sebagai pemimpin yang tidak bisa didelegasikan ….”

Apakah pendapat saya langsung dipercaya? Tidak!
Langsung anak saya membaca review buku “The FOUR OBSESSIONS of an EXTRAORDINARY EXECUTIVE” – Patrick Lencioni.

“Ga ada tuh point 4 tugas yang tidak bisa didelegasikan….?”

“Bukan buku itu. Yang “The FIVE DYSFUNCTIONS of a TEAM”Patrick Lencioni. Sudah mama orderkan bukunya.”

Kami terbiasa mendiskusikan sesuatu berdasarkan data yang akurat, harus ada hasil riset yang jelas. Bahkan sebelum diskusi sesuatu, biasa dikirim dulu LINKnya, nonton dulu, baru membicarakannya.

Topiknya jelas, persepsinya jelas, pembahasannya jelas!

Bahkan ketika berbeda pendapat tentang bikin suatu produk, kalau ga ada risetnya, anak saya bikin contoh dulu baru didiskusikan. Jadi jelas apa yang mau dibicarakan, dan selalu bisa dilihat apa yang ingin didiskusikan, yang mau diubah bagian mana, sudutnya mau jadi berapa derajad dsb.

Hidup Jadi sederhana!
Dilarang sekedar berpikir tanpa bukti. Yang satu persepsinya A, sementara yang satu lagi persepsinya B. Beda frekuensi. Kacau. Buang energi.


Kemarin saya bertemu dengan beberapa teman, membahas tentang topik yang bagi saya sangat jelas karena faktanya A, klo ada yang menganggap B berarti yang B itu Hoax.

2+2 = 4 itu mutlak. Begitu ada pilihan jawaban
A. 3
B. 4
C. 5
D. Betul semuanya.

Langsung tahu, jawabannya: B.
Sesederhana itu.
Tetapi teman saya, si Ani, bisa mengaitkannya dengan hal yang menurut saya sama sekali gak ada hubungannya. Lha koq bisa nyambung ke sana?
Tepok jidat!
Menurut dia ada kemungkinan lho bisa jadi 3 atau 5..
Lalu dibahas berjam-jam dengan debat kusir.


Saya koq gak pernah punya kesulitan ya…. bergaul dengan berbagai grup, berteman dengan berbagai keyakinan yang berbeda, bahkan sebagian guru, mentor, panutan saya ada yang Muslim, Budha dll. Mereka tahu persis saya Kristiani.

Kami saling belajar, saling menghormati, saling mendukung, saling sayang dan tahu koridor masing-masing.
Secara alamiah, kami get along well….

Sampai tepok jidat. Mengapa dengan Ani ini, yang nyaris hampir semuanya serupa dengan saya koq justru gak bisa nyambung?
Gagal paham!


Ketika bingung, tanya Tuhan! Tuhan pun memberikan jawabannya melalui cara yang natural.

Ternyata prinsipnya begini:
Roy E. Disney of Walt Disney Co., said, “When your values are clear to you, making decisions becomes easier.”
If you don’t use your values to make decisions and guide your actions, then why have them?

Roy E. Disney dari Walt Disney Co., berkata, “Ketika nilai-nilai Anda jelas bagi Anda, membuat keputusan menjadi lebih mudah.”
Jika Anda tidak menggunakan nilai-nilai Anda untuk membuat keputusan dan memandu tindakan Anda, lalu mengapa memilikinya?

Saya paham sekarang.
Saya terbiasa hidup berdasarkan data dan fakta yang jelas, demikian juga nilai-nilai hidup saya pun makin jelas. Ketika valuenya jelas, mengambil keputusan menjadi mudah.

Sementara Ani, keseharian hidupnya di lingkungan teman-teman yang hidup berdasarkan persepsi.
“Saya pikir…..”
“Saya rasa…..”
“Mungkin….”
“Siapa tahu….”
“Bisa jadi alasannya begini or begitu…”
Debat kusir …. dst.
Pokoknya semua yang serba kemungkinan, relatif, lalu diterima kalangan itu dianggap sebagai “fakta”.
Itulah sebabnya Ani sulit mengambil keputusan.

Sementara di dunia saya, yang bukan benar-benar fakta itu adalah gosip, hoax. Standardnya gamblang!


“Kan tidak semua orang punya pendapat yang sama B. Yenny?,” protes Ani.

Saya paham koq…. ada 2 pandangan tentang investasi.
Ada yang berprinsip tentang jangan taruh telur di satu keranjang, supaya risikonya terbagi-bagi.
Tetapi ada yang berprinsip, taruh semua telur di satu keranjang dan awasi baik-baik. Daripada dibagi-bagi gak bisa fokus mengawasinya.

Ini pendapat yang seperti telur dan ayam, mana yang duluan? Tidak ada jawaban pastinya. Klo begitu ya ga usah diperdebatkan. Serahkan pilihan masing-masing dan hormati.

Ada 2 cara menyelesaikan masalah:
Untuk Hal yang jelas-jelas ada standar pastinya, 2+2=4 tentukan benar & salah, berdasarkan fakta, dalil yang diterima di seluruh dunia.
Untuk kasus seperti Telur & Ayam mana yang duluan, serahkan pada pilihan masing-masing & hormati.

Jangan dibolak-balik, kacau nanti.


Seperti di berbagai grup, kami sama-sama tahu, keyakinan kami berbeda, cara pikir kami berbeda tapi kami bisa tetap belajar, mendapat manfaat & tumbuh bersama dan menjadi lebih berkualitas.

P. Prasetya M. Brata dan B. Uti Brata, guru & pasangan muslim idola sepanjang masa. Cara Pikir kita ditarik, dijungkirbalikkan, memikirkan hal-hal yang tidak terpikirkan, out of the box dengan Neuro Semantic. Pokoknya menarik!

Di grup yang sama ada guru saya yang lain, muslim juga, yang mengajar kami “Berpikir Tanpa Mikir”. Bukunya sudah diterjemahkan ke dalam berbagai Bahasa lain. warga negara lain pun ingin tahu koq bisa, berpikir tapi ga pakai mikir? Hidup simple koq

Nach di grup lain ada tokoh Budhist yang kerap saya juluki filsuf kita, P. Sjahsjam Susilo. Menyajikan kisah-kisah tentang kehidupan yang dalam dan menggigit…. memicu pemikiran baru tentang hidup.

Ada pula P. Galatia Chandra, dengan bukunya,
“Hacking Your Mind” judulnya saja hacking your mind, tentu saja menyajikan fakta-fakta menarik dunia bisnis dan kehidupan, yang memberi ide baru di bisnis kita.

Tommy Wong & P. Anton Thedy TX Travel, pasangan yang terus memberikan ide bisnis dan peluang-peluang baru, yang tidak pernah berhenti, terutama bagi para pebisnis pemula & yang mau ekspansi.

P. Jahja B Soenarjo. Anggotanya pejabat, duta besar dan para pengusaha top, yang didiskusikan sudah soal bisnis global mendunia, antar bangsa, antar negara dengan berbagai peluangnya.
Dan masih banyak lagi, gak bisa ditulis semua. Saya punya ratusan grup.

Selama kita berpikir dengan koridor cara pikir yang sama, gak ada tuh masalah yang aneh-aneh. Apalagi debat kusir. Kami ingin sama-sama maju, mencari peluang baru dan bagaimana caranya berkolaborasi, maju bersama dan menjadi lebih baik.

Yang berbeda, gak usah disama-samakan. Sedangkan yang sama, tidak usah dibeda-bedakan,” ujar Gus Dur.


Teringat buku “Good To Great” karya Jim Collins, intinya menempatkan orang yang tepat di tempat yang tepat: dari good langsung naik jadi great!

Ada berbagai teman di berbagai kehidupan kita. Ada teman yang cocok untuk berdiskusi tentang kehidupan, topik yang prinsip, topik yang berat. Tetapi teman semacam ini biasa kurang asyik diajak liburan. Kurang gila foto…. wkwkwk….
Ada teman yang cocok sekali diajak liburan. Gak usah mikir gaya apa, bisa saja teman ini, saat kita gak sadar, sudah diambil foto di sana sini. Bagus pula!

Ada lagi teman yang cocoknya diajak makan. Sudah jangan ngomongin yang lain-lain, fokus ngomong makanan saja….Persiapkan diri untuk menikmati! Di pelosok mana pun bersama dia, ketemu saja makanan enak yang pernah terlintas di kepala saja enggak? Koq bisa tau dia y…. Insting bawaannya jalan. Jalan pagi pun satu rombongan dapat pecel gratis berkat jasa Imam…

Menempatkan orang yang tepat, di tempat yang tepat, pada saat yang tepat adalah Hikmat Kehidupan. Bisa menghindarkan kita dari ribuan pertempuran yang tidak perlu, dan menyingkirkan sakit kepala…. hemat biaya!
Setuju?

Greatness is not a function of circumstance. Greatness, it turns out, is largely a matter of conscious choice, and discipline. Great vision without great people is irrelevant.” ? Jim Collins, Good to Great: Why Some Companies Make the Leap… and Others Don’t

Kehebatan BUKAN diciptakan oleh keadaan. Ternyata, KEHEBATAN sebagian besar adalah masalah PILIHAN SADAR, dan DISIPLIN. Visi hebat tanpa orang-orang hebat tidak relevan.” ? Jim Collins, Good to Great: Mengapa Beberapa Perusahaan Membuat Lompatan…, sedangkan Lainnya Tidak

YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK-
PEDULI KESEHATAN

SeruputKopiCantik

yennyindra

InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan

mengenalTuhan #FirmanTuhan


Spread the love

Related Post