Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Apakah Damai Sejahtera Itu?
Drama ganti HP ternyata belum berakhir….
Keesokan harinya, saat mau post artikel, grup broadcast saya raib tak berbekas.
Beberapa kali ganti HP, list broadcast tetap ikut pindah. Saya kehilangan arsip artikel yang di post di masing-masing grup broadcast.
Dan saya lupa siapa saja yang biasa saya kirimi…
“Yenny, koq sudah beberapa hari gak ada kiriman Seruput Kopi Cantik?”, tanya seorang sahabat dari Jogja, Semarang bahkan dari luar negeri.
“Bu, sejak 25 Januari saya tidak menerima artikel Seruput Kopi Cantik lagi,” komentar yang lain.
List broadcast sudah disimpan sejak bertahun-tahun lalu. Tidak semua suka memberi komentar tetapi klo ga ada baru dicari. Mulai di list ulang… meski banyak yang belum pulih.
Merepotkan sekali tetapi ada sesuatu yang berbeda.
Saya tetap tenang dan tidak kehilangan damai sejahtera…
Sadar, ternyata saya sudah berubah.
Yeaaaayyyy…
Dalam hidup, masalah kerap datang tanpa permisi, tanpa ketuk pintu dan tanpa ‘Kulo Nuwun’, istilah Orang Jawa.
Satu-satunya jalan ya… Face The Problem. Hadapi masalahnya. Dan damai sejahtera dalam hati itu luar biasa….
Tanpa emosi, jengkel, marah, kecewa dll.
Seorang teman bertanya,
“Bu Yenny, saya mau damai sejahtera yang diceritakan di Seruput Kopi Cantik. Bagaimana caranya? Bu Yenny tahu kan … kesenangan dunia apa yang belum saya nikmati? Semua sudah. Ke pelosok dunia pun sudah tetapi damai sejahtera itu yang gak ada. Hari ini peaceful, besok berbeda… Hidup Jadi seperti yoyo yang naik turun, melelahkan!”
Bagi dunia, damai diartikan tidak adanya sesuatu. Contoh, jika tidak ada perang, pertengkaran, perselisihan, itu artinya damai.
Mereka hanya mengharapkan ketenangan semata.
Peace Is Not The Absence of Something… war etc. The peace of God, “which transcends all understanding,” is the harmony and calmness of body, mind, and spirit trusting in the power and grace of God.
Damai Bukan Ketiadaan Sesuatu… perang, misalnya. Kedamaian Allah, “yang melampaui segala akal,” adalah keharmonisan dan ketenangan tubuh, pikiran, jiwa, dan roh yang percaya pada kekuatan dan anugerah Allah.
Damai dalam Tuhan itu berbeda. Meski pun situasi di luar nampak kacau balau, tetapi hati kita tetap damai. Damai yang jauh melampaui situasi yang dihadapi. Inilah perasaan damai karena Damai itu sesungguhnya Seorang Pribadi yaitu Allah sendiri.
Ketika jangkar pengharapan kita disahkan dan berdiri kokoh pada Pribadi Yang Tak Tergoyahkan, maka damai bukan lagi hidup tanpa badai melainkan tetap bersukacita di tengah badai yang bergelora.
Suatu ketika diadakan lomba menggambar PEACE. Kebanyakan pelukis menggambarkan danau biru yang indah, pemandangan cantik seperti di Swiss. Ada pula yang menggambar gunung tinggi, di antara hamparan sawah yang menghijau.
Dan pemenangnya, adalah lukisan badai bergelora yang tengah menghantam batu besar di laut. Nampak angin badainya sangat kuat menggelora, dan di batu bagian atas, ada lubang kecil nampak seekor burung kecil tengah bernyanyi di tengah badai.
Inilah damai sejahtera yang sesungguhnya!
Jika kita menantikan damai dan bahagia, tergantung situasi di luar, maka dengan cerdik iblis membuat situasi diluar senantiasa bergelora, hingga harapan untuk merasa damai jadi pupus. Akhirnya kita kehilangan harapan.
Damai sejahtera yang sejati, diperoleh karena pengenalan akan Allah. Semakin dalam mengenal-Nya, semakin sadar, kita dikasihi apa adanya… tanpa syarat.
Tuhan tidak pernah meninggalkan atau membiarkan kita. Apa pun yang terjadi, seburuk apa pun situasinya, Tuhan bisa mengubahnya menjadi kebaikan kita. Ini jaminan yang luar biasa!
Kasih Allah melalui hubungan yang kita bangun, sedemikian kokoh dan memuaskan jiwa kita, sehingga apa pun yang dilakukan orang lain, tidak lagi penting.
Sadarkah kita, klo mudah tersinggung dan terluka, kuncinya bukan mengharapkannya dari pasangan, anak, teman dsb… kasih manusia itu terbatas.
Bangun fondasi kasih pada Allah, maka ketika kita sudah diputuskan di dalam Dia, apa pun yang dilakukan orang terhadap kita, tidak lagi mempengaruhi kita lagi.
Ketika tidak lagi diombang-ambingkan perasaan lagi, kita bisa tetap tenang menunggu arahan-Nya, berrespon sesuai kehendak-Nya. Pada gilirannya, justru situasi diluar kita yang justru berubah.
Dahsyat bukan?
Sahabat saya, Bu Jane, berpuluh-puluh tahun suaminya ke sana ke mari, tergoda dengan wanita lain. Akhirnya kembali, karena Bu Jane tetap tenang tidak tergoda mengikuti perasaan atau cara dunia meresponi.
Saat suaminya dalam keadaan sakit, perlu ketelatenan untuk merawatnya. Tidak ada sedikit pun rasa marah, sakit hati di hatinya, justru hatinya jatuh kasihan karena kasih Allah di hatinya…
Sulit dimengerti dengan akal pikiran normal. Tetapi itulah yang terjadi ketika seseorang sudah mengalami kasih radikalnya Allah…
B. Jane hanya memiliki kasih dan kasih Allah semata…
Dia tetap damai dalam melewati semuanya.. suami dan keluarganya berubah karena demonstrasi kebaikan- kebaikan Tuhan melalui Bu Jane.
Apa yang kamu lakukan, memiliki dampak yang lebih besar daripada apa yang kamu katakan – Steven Covey, tertulis di post Jonathan _ Andi _ W di wall Tanya Mentor.
Mari kita hidup mendekat kepada Tuhan, alami kasih-Nya dan jadilah berubah….
“We must allow the Word of God to confront us, to disturb our security, to undermine our complacency and to overthrow our patterns of thought and behavior.”John Stott
“Kita harus mengizinkan Firman Tuhan untuk mengkonfrontasi kita, mengganggu keamanan kita, merusak rasa puas diri kita sendiri dan menjungkirbalikkan pola pikir dan perilaku kita.” John Stott.
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK-
PEDULI KESEHATAN