Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Mengikis Kekurangan Sendiri, Beranikah?
“Ini hanyalah sebuah patung tetapi menjadi inspirasi yang sangat-sangat berharga. Hidupmu adalah hasil dari jumlah pilihanmu sendiri….”, demikan tulisan Prof. Ir. Edy Djuwito.
Wow…
Gambar patung yang tengah menghilangkan bagian-bagian yang tidak berguna di tubuhnya.
Saya merenung.
Cocok sekali dengan apa yang saya pelajari di Sekolah Charis.
Ini bukan kebetulan. Tuhan tengah meneguhkan perintahnya bagi saya dan mungkin kita semua, Ayooo perbaiki diri. Hidup hanya sekali, jadikan hidup yang berarti.
Saat olah raga jalan pagi, B. Henny kerap mengingatkan,
“Ini saatnya kita belajar menerapkan prinsip-prinsip yang sudah kita pelajari di sekolah…”
Dalam hidup, tidak sedikit masalah yang mampir tanpa diundang, mewarnai kehidupan kita. Dan inilah kesempatan untuk belajar mengendalikan diri.
Tersinggung, terluka, diperlakukan tidak adil dsb.
Saya amati, ketika saya belum lulus dalam sebuah situasi, maka situasi yang serupa terus menerus muncul. Beda orang, beda kasus, tetapi serupa.
Sampai saya lulus, barulah ganti soal ujiannya…
Teringat juga bagaimana P. Irwan bercerita, jangan asal bantu orang kasi-kasi uang. Ada murid yang sedang kesulitan keuangan dan konseling pada beliau, setelah diberi pengertian lalu mereka sepakat berdoa. Beberapa minggu kemudian dengan penuh sukacita, murid tersebut bersaksi dia mendapat terobosan yang tidak terduga.
Prinsip-prinsip yang dipelajari di sekolah dipraktikkan dan terbukti hasilnya.
Belajar apa pun itu tidak bisa hanya belajar teori. Ibarat belajar berenang, meski jagoan teorinya tetapi tanpa pernah masuk ke air, gak akan bisa berenang…
Sejujurnya kerapkali saya juga gak ingin mengalami berbagai hal yang kurang menyenangkan, yang membentuk karakter saya…. Tapi apa daya, klo sudah terlanjur, yach mau ga mau mesti praktek prinsip-prinsip firman Tuhan yang dipelajari di sekolah.
Tapi koq ya pas sekali… Pas belajar A, kami mengalami masalah yang butuh untuk menerapkan teori A.
Sampai saat presentasi, diundi… Masing-masing murid dapat topik sesuai bidang kekuatan masing-masing…
Kami sampai terpukau….
Tuhan sungguh dahsyat dan sangat personal. Memahami kebutuhan masing-masing pribadi.
Andrew Wommack mengatakan seharusnya kita sudah mati bagi diri kita sendiri…. The end of yourself.
Nach seharusnya kalau orang sudah mati, ya gak tersinggungan lagi. Klo masih tersinggung, berarti belum mati dong…
Jauh lebih gampang teori, daripada menjalaninya. Butuh kerendahan hati, sepakat dengan Tuhan, tidak membiarkan ego kita berkuasa.
Awalnya, saya berpikir, saya mau menjaga hati saya murni, karena orang yang suci hatinya, akan melihat Allah.
Ketika ada hal-hal yang mengganggu, segera dibereskan. Pokoknya dari pihak saya, ga ada ganjalan…
Ternyata tidak semua orang dapat menerima kejujuran dan keterbukaan.
Orang lebih suka diperlakukan penuh basa basi dan diberi pujian palsu.
Meski Dr. Dean Radtke menyarankan, bersikap jujur, jangan menyindir, sampaikan apa adanya berdua. Dengan demikian kita bisa mendorongnya untuk memperbaiki diri dan maju.
Demikian juga dengan kita, beranikah kita menerima kritik, koreksi atau apa pun namanya, agar kita menjadi pribadi yang lebih baik?
Seperti lukisan patung yang tengah mengikis bagian-bagian buruk yang menyelimuti tubuhnya….
Lihatlah… Dari awalnya tubuhnya gendut, sekarang dibentuk menjadi tubuh yang langsing dan atletis.
Mari kita sama-sama menjawabnya sendiri… Karena seberapa tinggi kita bisa naik, tergantung seberapa jauh kita bersedia dibentuk. Dan Tuhan memberi kita free will alias kehendak bebas untuk memilihnya.
Selamat memilih!
We repeat what we don’t REPAIR – Christine Langley Obaugh
Kita senantiasa mengulangi apa yang tidak kita PERBAIKI – Christine Langley Obaugh
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK-
PEDULI KESEHATAN