Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Jejak – Jejak Ilahi
“Seandainya orangtuaku memperlakukan aku lebih baik, tentu aku sudah jadi orang sukses seperti anak tetangga sebelah.”
“Seandainya suamiku memberiku kesempatan yang lebih luas, dan tidak terus menerus merendahkanku, tentu aku bisa jadi marketing yang top.”
“Kalau saja istriku lebih mendukungku, tentu aku sudah menjadi pengusaha yang mapan. Karena dia terus mengritikku akhirnya aku jadi begini….”
Kebiasaan untuk berpikir seandainya… Kalau saja… Lalu endingnya menyalahkan orang lain, menjadi alasan dan benteng-benteng untuk membenarkan diri dan enggan maju.
Kembali Tuhan mengingatkan kisah tentang Yusuf.
Apa sich salahnya Yusuf? Dengan polos menceritakan mimpinya kepada orangtua dan saudara-saudaranya bahwa mereka semua pada suatu hari akan menyembahnya.
Hal lainnya yang membuat saudara-saudaranya membenci Yusuf, karena ayahnya memberinya jubah yang maha indah, hanya untuk dirinya. Semestinya ini bukan salah Yusuf sich.
Mereka iri hati.
Yusuf dijual menjadi budak oleh saudara-saudaranya, difitnah, dan endingnya di penjara. Kita semua familiar dengan kisah ini.
“Dari jauh Yusuf telah dilihat oleh saudara-saudaranya. Tetapi sebelum ia dekat pada mereka, mereka telah bermufakat mencari daya upaya untuk membunuhnya. Sekarang, marilah kita bunuh dia dan kita lemparkan ke dalam salah satu sumur ini, lalu kita katakan: seekor binatang buas telah menerkamnya. Dan kita akan lihat nanti, bagaimana jadinya mimpinya itu!”
Saudara-saudara Yusuf ingin membunuh Mimpi Yusuf. Tetapi kita semua tahu, Yusuf menjadi orang nomor 2 yang paling berkuasa di Mesir, negara adidaya saat itu.
Pelajarannya:
Rancangan Tuhan Tidak Dapat Digagalkan oleh Manusia!
Bukankah fakta ini sangat membesarkan hati?
Mari kita belajar dari Yusuf, bagaimana Yusuf menjaga agar mimpinya terealisasi.
Apa pun yang terjadi dan dimana pun dia berada, di rumah Potifar atau di penjara, Yusuf tetap teguh memegang visi Tuhan: dia akan menjadi pemimpin besar.
Meski orang-orang di sekelilingnya, melihat dan memperlakukan Yusuf sebagai budak, bahkan dilanjut sebagai budak yang menjadi narapidana, tetapi Yusuf tetap sepakat dengan Tuhan, memandang dirinya sebagai seorang pemimpin besar.
Terbukti, di rumah Potifar, semuanya dikerjakan Yusuf dengan sangat baik sehingga Potifar tidak perlu mengerjakan apa pun juga, selain makanannya sendiri.
Demikian pula saat di penjara, semuanya diatur oleh Yusuf dengan sangat baiknya sehingga semua tahanan dipercayakan oleh kepala penjara kepada Yusuf.
Sedemikian bisa dipercaya dan berintegritasnya Yusuf, sehingga kepala penjara pun yakin, Yusuf tidak akan lari atau melakukan hal-hal yang merugikannya.
Ini latihan Yusuf bagaimana dia bisa memanage apa yang ada di tangannya dengan excellent.
Ketika kesempatan tiba, saat promosi datang, Yusuf sudah siap.
Yusuf membawa diri dengan bijak.
Bercukur, mandi dan berganti pakaian.
Berpenampilan sebagai pemimpin.
Tidak ada sedikitpun sikap maupun ‘bau’ budak atau narapidana pada diri Yusuf.
Dia mampu mengartikan mimpi, menjelaskan solusi dengan runut, ditambah pula wibawa Allah yang terpancar karena kedekatan Yusuf dengan Allahnya…
Dalam sekejap semua berubah.
Yusuf menghadap raja, statusnya sebagai narapidana, dan pulang sebagai orang nomor 2 yang paling berkuasa di Mesir.
Sadarkah kita, Tuhan juga memberi ‘mimpi’ dan nubuatkannya bagi kita?
Diberkatilah engkau di kota dan diberkatilah engkau di ladang. Diberkatilah buah kandunganmu, hasil bumimu dan hasil ternakmu, yakni anak lembu sapimu dan kandungan kambing dombamu. (Apa pun sumber berkat kita diberkati Tuhan)
Diberkatilah engkau pada waktu masuk dan diberkatilah engkau pada waktu keluar. (kapan saja dan di mana saja, berkat mengikuti kita).
Tuhan akan membiarkan musuhmu yang maju berperang melawan engkau, terpukul kalah olehmu. Bersatu jalan mereka akan menyerangi engkau, tetapi bertujuh jalan mereka akan lari dari depanmu.
Tuhan akan membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada masanya dan memberkati segala pekerjaanmu, sehingga engkau memberi pinjaman kepada banyak bangsa, tetapi engkau sendiri tidak meminta pinjaman.
Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun.
Luar biasa sekali bukan?
Rancangan Tuhan Tidak Dapat Digagalkan oleh Manusia!, demikian pula rancangan-Nya bagi kita.
Kecuali kita sendiri yang mematikan mimpi itu, dengan cara bersikap sebagai korban (victim), mengasihani diri sendiri dan tidak meresponi dengan iman rancangan Tuhan dalam kehidupan kita.
Kita perlu taat dan bekerjasama dengan Tuhan, seperti Yusuf berdiri teguh memegang visi Tuhan, hingga tujuan Tuhan tercapai.
Menarik sekali saat saya berbincang-bincang dengan sahabat saya, Monica tentang kehidupan.
Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana, doa Musa.
Tuhan ingin agar dalam setiap perkataan, tindakan, sikap bahkan salam yang kita berikan semuanya berdampak Ilahi. Setiap orang yang bertemu, berhubungan dengan kita, mendapat berkat dan melihat Allah hidup dan terpancar melalui kita.
Masa hidup kita di dunia tidak lama. Pastikan setiap detiknya, benar-benar dimanfaatkan untuk kemuliaan Tuhan. Itulah yang disebut meninggalkan Jejak Ilahi.
Bahkan dalam menyelesaikan setiap tantangan yang kita hadapi, selalu tinggalkan Jejak Ilahi, dengan cara meresponi masalah dengan cara Tuhan.
Dengan demikian orang-orang di sekeliling kita, bisa mendapatkan keteladanan, begini lho caranya anak-anak Tuhan menyelesaikan masalahnya.
Cara Ilahi, dengan mengandalkan Tuhan.
Ketika kemenangan diperoleh, Nama Tuhan yang dipermuliakan.
Hhmmm saya pun belajar.
Bagaimana dengan Anda?
God may not leave visible footprints, but His invisible ones on our hearts can never be washed away – BWJ
Tuhan mungkin tidak meninggalkan jejak yang terlihat, tetapi jejak-Nya yang tidak terlihat di hati kita tidak akan pernah bisa terhapus – BWJ
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK-
PEDULI KESEHATAN