Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Visi Yang Mencipta Masa Depan.
Setiap orang ingin hidup makmur, bahagia dan berkelimpahan. Tetapi pada kenyataannya, tidak semua orang mengalaminya, meski Allah sudah mengatakan bahwa benih-benih kemakmuran untuk setiap bidang kehidupan kita sudah ada di dalam roh orang yang percaya kepada-Nya.
Why?
Di mana letak kesalahannya?
Di mana kemakmuran tersembunyi?
Hhhm… Ternyata di sinilah letak rahasianya.
“Karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal,” ujar orang bijak.
Dunia yang kita hidupi, tergantung bagaimana kita melihatnya. Dan itu akan tercipta, sesuai dengan cara pandang alias mindset yang kita miliki.
Jika Anda melihat dunia ini sebagai dunia yang penuh kekurangan, Anda benar.
Jika Anda melihat dunia ini sebagai dunia yang penuh kelimpahan, Anda pun benar.
Anda yang memutuskannya!
Kita yang menentukan, apakah kita melihat apa yang kita miliki sebagai benih kekurangan atau kita melihatnya sebagai benih kelimpahan?
Visi kitalah yang menentukan masa depan kita sendiri.
Mungkin saja secara kasat mata kita tidak melihat kelimpahannya ada di mana tetapi jika kita punya visi: Allah kita Maha-Kaya, apa pun yang kita butuhkan, Tuhan sudah menyediakannya maka kita sepakat dengan-Nya.
Perkataan kita pun penuh dengan kesepakatan pada visi rohani Tuhan, bahwa hidup kita tengah menggenapi tujuan Allah dan penyediaan dari Allah mengikutinya.
Dengan demikian kita tengah melepaskan kehidupan dan kuasa Allah pada situasi kita yang secara kasat mata, terbatas.
Inilah cara multiplikasi Allah, pelipatgandaan-Nya tercipta, dengan bersepakat dengan Allah dan Firman-Nya. Kemudian, terjadilah menurut imanmu.
Ketakutan adalah penghancur visi Allah yang terbesar.
Ketakutan ini pula yang paling laris dijual oleh dunia.
Berita dunia, film, begitu banyak menyebarkan ketakutan. Seolah-olah bahaya senantiasa mengintip, menghantui serta mengikuti ke mana pun kita pergi. Bahkan hingga saat ini pun masih banyak yang ketakutan Covid, meski sudah makin sedikit yang terkena dampaknya. Traumanya tetap mencekam hidup sebagian orang.
Saran-saran tentang kesehatan dan pencegahannya, sesungguhnya membungkus ketakutan terhadap penyakit. Kadang membuat sebagian orang terobsesi menjaga ‘kesehatan’ hingga berlebihan, dengan dihantui perasaan cemas.
Motivasi ketakutannya yang kurang sehat.
Bukan fokus pada kesehatan Ilahi, melainkan kepada ketakutan. Apa pun yang kita fokuskan membesar, dan terjadilah menurut imanmu.
Banyak permasalahan kesehatan sesungguhnya karena jiwanya tidak sejahtera, hidupnya dipenuhi oleh berbagai ketakutan dan kepahitan, namun tidak dibereskan. Yang dilakukan justru hanya fokus membenahi dari sisi luar, tubuhnya saja.
Tentu olahraga dan vitamin berguna tetapi yang di jiwa harus dibereskan juga. Itu yang lebih penting.
Sesuatu yang jarang kita sadari, ketika kita Takut, sesungguhnya kita Tidak Mempercayai Allah.
Ah masa?
Saya rutin beribadah dan berdoa lho!
Repotnya, manusia itu sebegitu cepat dan mudahnya berpindah kubu. Sesaat percaya Tuhan, di saat berikutnya bisa saja kehilangan kepercayaannya.
Dengan gamblang kita dapat mengambil kesimpulan, jika khawatir dan takut, itu artinya kita tidak mempercayai Tuhan. Tidak beriman. Sesederhana itu….
Ketakutan sama saja dengan tidak memandang Tuhan, tidak bergantung kepada-Nya dan tidak mempercayai janji-janji-Nya. Sebaliknya yang dipandang adalah keadaan, perasaan, ingatan akan masa lalu serta berita-berita yang negatif.
Rasa takut muncul karena bergantung pada kekuatan diri sendiri dan sadar, kita tidak mampu mengatasinya.
Dalam ketakutan, tidak ada rasa syukur.
Inilah sebabnya, kerap manifestasi janji-janji-Nya tidak terealisasi karena perasaan takut dan kurang percaya.
Apa yang kita yakini merupakan pilihan kita sendiri. Kendalinya ada di tangan kita sendiri.
Pilihlah untuk mempercayai Tuhan dan beristirahat dalam damai-Nya!
Imanlah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Masalah dan penyakit beneran datang tuh…
Yess, si musuh memang mengirimkan badai… Itu nyata!
Tetapi ketika kita berani menghadapi badai dengan mata yang tertuju kepada Allah, kita akan mendapatkan pewahyuan dan bukti, bahwa dengan rest, beristirahat dalam damai-Nya serta percaya kepada-Nya, kita dapat menggunakan otoritas yang diberikan-Nya untuk mengatasi badai.
Memang ketakutan dan intimidasi musuh demikian mencekam, tetapi kita bisa memilih, membiarkan Allah mengatasinya, sementara kita tenggelam di dalam pelukan perlindungan kasih-Nya yang melampaui segala akal.
Jangan biarkan ketakutan justru menutupi jalan bagi Allah untuk menolong kita.
Lapangkan jalan, dengan fokus pada kemampuan Allah. Apa sich yang mustahil bagi-Nya?
Tidak ada!
Semua akan baik-baik saja, Percayalah!
“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan,” pesan-Nya.
Sepakatkah kita dengan Allah?
Jika YA, sebesar apa pun badai yang menerpa, Allah sanggup menenangkannya.
Bukankah Dia Allah Sang Pencipta alam semesta?
“Worrying is arrogant because God knows what He’s doing.” – Barbara Cameron.
“Khawatir itu sombong karena Tuhan tahu apa yang sedang lakukan-Nya.” – Barbara Cameron.
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN