Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
No Condemnation
Suatu siang ketika meeting di sekolah, Helen bercerita,
putrinya memilih pilihan yang berbeda. Awalnya, sang putri sudah memilih A, sesuai keinginan Helen.
Dalam perjalanan, ternyata teman yang sama-sama memilih A, batal. Lalu sang putri memilih B.
“No Condemnation- Tidak Ada Penghakiman. Gapapa kamu memilih B. Tapi selesaikan prosedurnya sendiri, jangan minta mama. Kamu harus belajar bertanggungjawab,” ujar Helen.
Mereka pun berpelukan.
Wow….
Hati saya meleleh…. So sweet… Penerimaan yang tulus.
Ini praktik nyata yang saya saksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana kasih tanpa syarat dilayankan, Tidak Ada Penghakiman sama sekali. Kasih Allah yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari….
Dalam sebuah acara di Charis, diantara gift yang diberikan ada buku DEVOTIONAL Celebrating 25 years of Transforming lives! Buku dari Colorado, Amerika.
Buku itu saya hadiahkan kepada seorang sahabat, yang saya tahu persis, beliau seorang pembelajar aktif, P. Hadi Pandunata.
Beliau baca buku “More Grace, More Favor” saja, diringkas dengan tulisan tangan…
Wow…. Saya terpukau!
Sekitar setahun kemudian, P. Hadi bersaksi, beliau sangat diberkati oleh buku itu dan ingin mendapatkannya lagi untuk dihadiahkan kepada keluarga dan sahabatnya.
Hhhmmm… Menyesal, justru saya belum membacanya.
Segera saya menghubungi Bu Angeline, direktur Charis untuk menanyakannya.
“Saya masih ada Bu Yenny, nanti saya bawakan waktu sekolah.”
Jadilah saya diberi beberapa buku dalam sebuah tas warna biru.
Nach sebelum pulang, saya letakkan di meja pendaftaran murid, lalu ke toilet. Begitu keluar, teman-teman berkumpul di depan lift, langsung bergabung dengan mereka, turun dan pulang.
Malam hari baru sadar, buku ketinggalan. Alamak…..
Segera menelpon petugas gedung, minta tolong dicarikan besok.
“Bu, sudah ditanyakan ke semua petugas, ga ada…”, ujarnya.
Berusaha tanya-tanya teman, tetap tidak ada. Galau…. Masalahnya buku ini Free dan gak bisa dibeli di mana pun.
Setelah Sekolah di Charis, saya belajar jaga hati jujur, ga ada motif tersembunyi, pokoknya apa adanya.
Cerita gak ke Bu Angeline? Bukan takut dimarahi, tetapi lebih pada perasaan takut mengecewakan. Saya mengasihinya.
Koq segitu teledornya…
Saya coba tunggu beberapa hari, tetap ga ada kabar. Senyap.
Akhirnya, saya memilih bercerita apa adanya. Ternyata tanggapan B. Angeline baik sekali.
“Saya coba check dulu ya bu. Sepertinya saya masih ada stok. Sabtu saya bawain”, kata B. Angeline,
“Yang penting bukunya gak terbuang tapi bisa jadi berkat bagi yang menemukannya…”
Wuih leganya….. Rasanya beban berat berton-ton dilepaskan.
Gak nyangka responnya begitu manis.
Jujur dan keterbukaan memang jauh lebih baik.
Sudah terbiasa sejak kecil, kalau melakukan kesalahan, takut dimarahi. Itu sudah menjadi kebiasaan umum.
Saya ingat, mama kalau mau kontrol dokter, biasa cek darah dulu. Kalau hasilnya jelek, langsung nyeletuk,
“Duh…. Bisa dimarahi dokternya…”, ujar mama.
Padahal kontrol dokter kan bayar… Mungkin dokternya juga ga peduli. Tetap saja mama merasa ga enak, takut mengecewakan, merasa bersalah kalau tidak cukup baik atau tidak sesuai harapan.
Kita terbentuk dengan mindset, diterima jika memenuhi persyaratan.
Beberapa hari kemudian muncul kabar, ternyata buku disimpan Dhamma, di ruang penyimpanan peralatan musik.
Senangnya….
Sejak awal mestinya ada perasaan yakin, gak mungkin hilang. Bukunya tebal, berbahasa Inggris pula… Jarang yang tertarik.
Buku yang hilang memberikan pengalaman: No Condemnation.
Betapa nyamannya dikasihi tanpa syarat dan tanpa dihakimi… Tuhan mengasihi kita seperti itu juga.
So sweet….
Sesuatu yang menarik, lebih banyak orang berubah ketika mereka memahami kasih Allah daripada yang dicecar dosa serta kesalahannya.
Kasih menutupi ketakutan, kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan. Kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Allah yang telah mengasihi kita.
Banyak orang, termasuk saya dulu, yang dihantui perasaan bersalah, perasaan takut ini itu, merasa tidak aman.
Ternyata perasaan-perasaan negatif inilah yang membuat kita tertindas dan kehilangan damai sejahtera.
Ketika masalah datang, kerap merasa tertuduh, dosa apa aku ini? Lalu kepahitan dan tersinggung terhadap Tuhan.
Selama masih hidup di dunia, masalah selalu ada. Masalah bisa membuat kita sakit hati dan kepahitan, atau justru membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik.
Hahahaha… Ini nasehat buat saya sendiri.
Karena setelah sekolah, fokus pada firman Tuhan, otak penuh dengan teori tetapi belum dihidupi….
Ups… Justru saat bermasalah inilah, satu persatu teori dipraktikkan sehingga saya bisa bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
Maunya jadi baik secara instan, tanpa melewati masalah, tetapi cara kerjanya gak bisa begitu. Terpaksalah daripada terpuruk sakit hati, better praktik teori untuk dihidupi. Semakin diproses serupa dengan karakter Allah, istilah kerennya.
Semakin lama Sekolah Charis, semakin memahami betapa besarnya kasih Tuhan. Dan ketika merasa dikasihi dan diterima apa adanya, secara otomatis timbul perasaan ingin menyenangkan Tuhan dan sungkan jika mengecewakan-Nya. Demikian juga dengan pengalaman teman-teman lain. Kami berubah dengan sendirinya. Tanpa paksaan dan tanpa usaha.
Dahsyat bukan?
Praktik yuk….
“God’s LOVE is like an ocean, you can see its beginning, but not its end.” – Rick Warren.
“KASIH TUHAN itu seperti lautan, kita bisa melihat awalnya, tapi tidak bisa melihat akhirnya. (Karena terlalu luas dan dahsyat untuk dipahami oleh otak manusia). ” – Rick Warren.
YennyIndra
TANGKI AIR & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN