MB-Gen, Pondok Hayat & Meraih Cita-cita Di Taiwan

Spread the love

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

MB-Gen, Pondok Hayat & Meraih Cita-cita Di Taiwan.

Seruput Kopi Cantik hari ini, kisah yang ringan-ringan saja ya….

“Bu, tadi ada 3 orang naik mercy ke taman… Mau santai, minum kopi katanya…. Emang Ibu mau jualan kopi?,” tanya Bu Sur pembantu di rumah.

Lho?
Baru ingat ruang kaca di lantai atas sudah diberi sticker Seruput Kopi Cantik yang betul-betul kelihatan cantik…. Rupanya 3 orang ini belum pernah baca artikel Seruput Kopi Cantik, jadi dikira Cafe….

Yang lebih lucu lagi, sejak pandemi tamu-tamu lebih suka ditemui di ruang terbuka. Nach di taman kami ada gazebo, di mana biasa kami menemui tamu.
Akibatnya, di depan pintu rumah ditempel:

Welcome, masuk lewat taman —>
Jadi gak salah 3 orang tamu yang mau ngopi, langsung masuk ke taman….

Apalagi sekarang di tepi ruang kaca ada tanaman Melati Belanda yang sedang berbunga lebat, menambah pesonanya…


Coach Monica Stephanus dan anak-anak MB-Gen kemarin main ke rumah. Semua ada 16 anak. Tentu foto dekat Melati Belanda & Seruput Kopi Cantik juga…
Anak-anak sudah bersiap-siap berangkat ke Taiwan. Monica hendak melepas 3 anaknya dari Pondok Hayat untuk berangkat: Moses, Jack dan Doni.
Hati saya ikut terharu melihat 3 pemuda ganteng, pintar dan cakap yang siap meraih masa depannya.

Pondok Hayat punya tempat khusus di hati saya. Saya juga lupa persisnya, kapan mulai menjadi donatur tetap di sana. Seingat saya awal-awal pindah Surabaya sekitar th 2005. Tidak besar tapi rutin.
Saya juga hanya sekedar tahu Monica, bersama B. Liana, foundernya. Semakin lama di Surabaya, semakin kenal dekat secara pribadi dengan mereka, dan kami klop. Cocok. Sehati.

Pondok Hayat adalah yayasan yang didirikan karena melihat banyaknya aborsi sekitar 24 tahun lalu. Btw, tahun depan mereka ultah yang ke 25 tahun lho!
Lalu mereka berinisiatif menampung para ibu yang hamil diluar nikah, diberi tempat untuk tinggal hingga melahirkan. Setelah lahir, jika sang ibu ingin membawa anaknya, mereka mengijinkan. Tetapi kalau tidak mau, Pondok Hayat yang membesarkannya.

Selama ini saya hanya sekedar jadi donatur, tidak terlibat langsung. Suatu ketika saya kenal dengan MB-Gen dan memberikan info ini kepada Monica dan B. Liana. Jadilah ke 3 anak ini mendapat pelatihan Life-Skills dari MB-Gen dan terbukti perkembangannya bagus sekali. Sekarang mereka siap berangkat mengambil S1 di Taiwan. Bisa kuliah sambil bekerja.

Monica sharing, sebelumnya dia kepikiran bagaimana membiayai kuliah Moses, Jack dan Doni. Sudah mencoba mencari info jalur kuliah dan beasiswa bagi mereka. Tanpa pernah terpikirkan, Tuhan membukakan jalan ke Taiwan melalui MB-Gen…
Coach Kaki, pimpinan MB-Gen mempunyai visi mengentaskan anak-anak dari keluarga kurang mampu. Pas!

Cara Tuhan memang benar-benar di luar akal pemikiran manusia. Tidak pernah terlambat!
Teringat komentar P. Adam,
“Bu Yenny, klo Tuhan masuk akal, nanti diakali manusia….”

Perasaan bercampur aduk, melihat 3 pemuda yang nyaris diaborsi, dibunuh, ternyata mereka bertumbuh sangat baik. Bercita-cita tinggi, sopan, penuh semangat bahkan mampu memimpin dengan baik.

Bersama anak-anak MB-Gen lainnya, kami sharing dan makan bersama. Coach Monica memberikan arahan tentang kepemimpinan. P. Indra pun ikutan jatuh cinta pada mereka, memberikan berbagai wejangan.

Sebelum ke Taiwan, selama beberapa waktu, mereka tinggal di apartemen bersama teman-teman MB-Gen lainnya.
Ketahuan, kadang mereka menangis sendiri, sudah kangen ‘rumah’ Pondok Hayat di Surabaya… dan digodain teman-temannya saat makan bersama.

Rupanya saat liburan sekolah, mereka memang biasa menginap di rumah Monica. Daniel & Ariel, putra kandung Monica, sudah menjadi kakak mereka.
Nampak sekali anak-anak ini bertumbuh dengan baik, dikasihi dengan tulus bahkan diperhatikan minat bakatnya serta diakomodasi.


Monica dengan penuh haru bercerita. Saat bertemu dengan Moses, Jack dan Doni di hari yang berbeda, ke 3 anak ini mengenang Alm. Steve, suami Monica, Papa mereka.

Samuel, adik mereka di Pondok Hayat nakal. Jadi Monica memberi tugas Moses untuk mengawasi adiknya.

“Ma, Samuel dan Nathan itu nakal dan ga nurut. Mesti Papa, Ma… Kalau sama Papa, Samuel dan Nathan itu nurut dan ‘nggenah’ (sikapnya baik),” ujar Moses.

“Iya Ma, Papa itu kalau marah ya marah… Tapi setelah itu Papa memberikan arahannya tergantung kesalahannya, sambil dipeluk dan dipangku di kakinya sambil digoyang-goyangkan. Kami semua nurut kalau sama Papa, karena tau, Papa sayang kami,” Doni menimpali,
“Pas kami di rumah Mama, kadang Papa tiba – tiba masuk kamar dan menjatuhkan badannya di tempat tidur, di antara kami semua… Wow.. Senangnya bercanda sama Papa. Tapi kalau malam-malam belum juga tidur, Papa masuk kamar, kami disuruh tidur, lalu lampu dimatikan.”

“Saat pergi dengan Papa, sambil nyetir, kami gantian dipangku Papa, duduk di belakang setir. Tapi kalau kami bertengkar, Papa ga mau mangku…,” Jack juga bercerita.

“Pernah suatu ketika, Papa datang ke Simo Ma… (Pondok Hayat di daerah Simo) Sepi ga ada orang. Papa heran. Ternyata semua sakit. Hanya aku dan Victor yang gak sakit. Papa ga banyak bicara langsung pergi. Tidak lama kemudian, Papa kembali dengan Koko Daniel (putra Monica, seorang dokter), langsung setiap kamar diperiksa dan dibelikan obat, ” Doni bercerita,
“Papa memang begitu Ma, gak banyak omong tapi langsung action.”

“Ada kejadian-kejadian yang aku gak tahu, dan ketika anak-anak mengenang Steve, hatiku trenyuh. Itulah Steve, my husband, yang hatinya lembut. Malamnya, aku kesulitan tidur. Terkenang Steve,” ujar Monica.

Mendengar kisah ini, saya sungguh terpukau. Tidak banyak yang bisa sedemikian tulus dan mengasihi anak-anak seperti mereka.
Saat anak-anak memiliki masalah dan ingin curhat, kadang mereka datang ke rumah Monica. Begitu parkir segera cari Monica,
“Ma, aku mau ngomong….”
Atau kadang langsung menemui Daniel or Ariel, koko (kakak) mereka untuk curhat.

“Wow… Salut Mon, hatimu dan keluarga sungguh luar biasa..”

“Ya mereka anak-anak Tuhan yang dititipkan pada kami dan jadi anak-anak kami. Kasih karunia Tuhan, Yenny.. Aku bersyukur kami bisa punya hati untuk anak-anak. Pasti ini pun karena Tuhan,” Monica menjelaskan,
“Tidak hanya anakku, Jannette menantuku berinisiatif memberi les anak-anak Pondok Hayat, padahal aku gak pernah minta. Sungguh aku pun terpukau…pada pengaturan-Nya yang sempurna. Ternyata kami hanya jadi penonton apa yang Tuhan lakukan….”


Tidak lupa kami main bersama di Botanical Garden. Nampak sekali, sikap Moses, Jack dan Doni yang begitu dekat serta penuh kasih kepada Monica.

“Ma, ayoo tak temani naik sepeda…,” ujar Doni.

Jepret… Jepret… Berfoto dan bergaya di sana sini.
Baik saat masih di kebun rumah, hingga di Botanical Garden.
Kami pun menyelipkan pesan dan wejangan di sana sini. Layaknya orangtua yang akan melepas anaknya pergi merantau ke negeri orang.
Menyenangkan sekali….

“Nanti saat lulus, main lagi ya… Foto bersama di sini,” kata saya.
“Iya Coach…. Nanti semua memakai toga,” sahut Amelia sambil tertawa lebar.

Sungguh bangga memandang para calon pemimpin masa depan…

“Tuhan, lindungi dan bimbing mereka senantiasa…”, doa kami.

Sebagai penutup, pesan saya kepada para pembaca, jika ada kenalan yang ingin aborsi, ingat Pondok Hayat di Surabaya dan Kupang, NTT.
Selamatkan masa depan anak-anak yang tidak berdosa!
Merekalah calon pemimpin dan tokoh-tokoh besar yang akan dipakai Tuhan dengan dahsyat.

Children are a gift from the lord; they are a reward from him. Children born to a young man are like arrows in a warrior’s hands.
How joyful is the man whose quiver is full of them!  He will not be put to shame when he confronts his accusers at the city gates. – King Solomon

Lihatlah, anak-anak adalah warisan dari Allah; buah kandungan adalah suatu upah.
Bagaikan anak-anak panah di tangan seorang pahlawan yang gagah berani, demikianlah anak-anak muda.
Berbahagialah orang yang telah memenuhi tabung panahnya dengan semua itu, mereka tidak akan dipermalukan, tetapi mereka akan menundukkan musuhnya di pintu gerbang. – Raja Salomo

YennyIndra
TANGKI AIR & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

https://mpoin.com/

SeruputKopiCantik

yennyindra

InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan

mengenalTuhan #FirmanTuhan


Spread the love

Related Post

No CondemnationNo Condemnation

Spread the loveSeruput Kopi CantikYenny Indra No Condemnation Suatu siang ketika meeting di sekolah, Helen bercerita,putrinya memilih pilihan yang berbeda. Awalnya, sang putri sudah memilih A, sesuai keinginan Helen.Dalam perjalanan,