Apakah Sepatu Anda Melekat Ke Bumi?

Spread the love

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Apakah Sepatu Anda Melekat Ke Bumi?

Bukannya langit yang terlalu tinggi, tetapi sepatu yang melekat ke bumi – Prasetya M. Brata.

Mak Jleb…

Ada seorang teman yang sudah almarhum kerap saya godain. Dari lahir hingga kuliah, lalu menikah, hingga meninggal dunia tidak pernah tinggal di luar Surabaya. Beneran terjadi demikian.
Ada juga teman di Solo yang serupa. Bahkan dengan bangga berujar, tidak ada tempat di dunia yang lebih enak daripada Solo. Bahkan di Amerika pun gak seenak Solo, katanya.

Salah satu hal yang paling saya syukuri dalam hidup ini, hidup saya penuh warna. Tidak membosankan….
Mengalami tinggal di berbagai kota dengan berbagai serba-serbinya.
Kebumen, Semarang, Jogja, Solo, Surabaya, Jakarta.
Setiap kota, baik besar mau pun kecil, punya ciri khas masing-masing dan keunikan yang berbeda.
Hhhm… Tentu saja kulinernya penuh variasi pula… Jadi ingat sohib saya, Imam, yg paalllliiiing hobi makan…

Belum lagi pengalaman dengan P. Indra melanglang buana ke berbagai negara di dunia… Untungnya P. Indra pribadi yang berani. Berulang kali kami mengunjungi negara yang baru pertama kali didatangi, turun airport, sewa mobil dan explore negara tersebut bermodalkan GPS.
Seru… Kesasar, mesti menyesuaikan diri, berpikir bak main puzzle dan yang paling saya sukai, punya pengalaman mengandalkan Tuhan 100%. Lha gak ada yang dikenal di negara itu, jadi beneran hanya bergantung kepada Tuhan.
Kecopetan pernah, hp ketinggalan beberapa kali… Tuhan beneran nyata, bisa kembali padahal di negara itu terkenal copetnya ganas.
Ban meletus pernah juga. Terjebak di padang gurun. Allah nyata dan hadir dengan pertolongan-Nya yang secara pikiran manusia itu mustahil.

Saya kerap berkata, “Pertolongan Tuhan itu caranya beneran gak masuk akal… Sungguh memukau dan pengalaman-pengalaman ini mengajarkan saya untuk tetap berharap meski secara kasat mata gak ada jalan.”

“Bu Yenny, kalau Tuhan masuk akal, nanti banyak yang mengakali Tuhan….,” komentar P. Adam. Wkwkwk…

Hahaha….. Iya betul, P. Adam. Manusia itu paling pintar mengakali. Ada aturan, langsung dicari jalan untuk mengakalinya. Klo bisa dicari celah, yang tidak benar-benar melanggar, tetapi menguntungkannya. Abu-abu, salah gak tapi benar juga gak.
Sampai lumrah ungkapan, ‘Maling lebih pintar dari polisinya.’
Ada saja akal cerdiknya…
Program secanggih apa pun, hacker bisa mengakali. Bahkan Amerika yang negara adidaya saja kecolongan.

Kami yakin, karena berani pindah kota maka jalan untuk maju kian terbuka.
Ketika Tuhan membukakan pintu kesempatan, kami tidak takut melangkah…. Tangkap!

Quotes Bpk. Haji Prasetya M. Brata, beliau baru pulang menunaikan ibadah Haji bulan lalu, bersama Bu Hajah Uti Brata:
Bukannya langit yang terlalu tinggi, tetapi sepatu yang melekat ke bumi.

Bukannya Tuhan tidak memberikan kesempatan atau menjawab doa, namun kerapkali kita yang ‘memaksa’ Tuhan, menjawab doa sesuai keinginan kita.
Cara Allah tidak demikian…. Kita yang mesti mengikuti Dia, menyesuaikan dengan cara-Nya langkah demi langkah.
Ke mana Tuhan menuntun, ya… Kita melangkah.

“Tapi saya gak bisa melihat apa yang ada di depan, Bu Yenny…”

“Idem. Saya juga gak tau apa yang ada di masa depan. Tetapi Allah tahu. Tuhan membimbing kita langkah demi langkah, tidak sekaligus, tetapi langkah demi langkah. Dan setiap langkah merupakan suatu mujizat. Itulah artinya berjalan dalam iman. Kita mungkin tidak tahu akan ke mana? Tetapi yang penting kita tahu, berjalan bersama siapa? Allah!”


Marga de Quelyu, seorang motivator mengungkapkan, “Orang yang tidak melangkah maju, dan tetap berada pada tempat yang sama, adalah orang yang sudah mati sebelum mati secara fisik. Belum mati beneran. Orang seperti ini , adalah orang yang menyia-nyiakan seluruh anugerah kehidupan yang secara ajaib dikaruniai oleh Sang Pencipta.”

Setiap kita lahir dengan membawa visi, tujuan dari Tuhan yang harus kita laksanakan. Peran kita tak tergantikan, kata Wolfgang Von Goethe, filsuf Germany yang terkenal.

Namun jika kita enggan dan menolaknya, tentu dengan cara-Nya yang ajaib, Allah mampu memilih orang lain untuk menuntaskan tugas kita, dengan cara yang berbeda.
Ketika Raja Saul tidak taat, Tuhan memilih Raja Daud.

Uniknya, Tuhan tidak membutuhkan kepintaran, kemampuan dan hebatnya kita. Dia hanya menginginkan kesediaan kita.
Lalu ijinkan Allah yang berkarya melalui kita.
Sehingga kita tidak bisa menyombongkan diri, bahwa ini pencapaian kita, melainkan sadar sesadar-sadarnya, ini karya Allah yang dahsyat!

Kerap muncul ketakutan, bagaimana jika kita dibawa ke tempat yang tidak kita sukai?

Yang paling ditakutkan oleh orang-orang Amerika, jika mereka menyerahkan hidup kepada Tuhan adalah dikirim ke Afrika. Negara yang sekian tahun lalu, primitif dan terbelakang.
Demikian Henry T Blackaby bercerita dalam bukunya.

Seorang teman Henry, betul-betul dikirim Tuhan ke Afrika.
Oh….
Beberapa tahun kemudian, teman ini berlibur pulang ke New York City.
Ternyata teman ini merasa tidak kerasan dengan kehidupan New York yang serba terburu-buru, macet dan bising. Stress dan melelahkan.
Justru dia dan keluarga ingin segera kembali ke Afrika. Mereka merindukan waktu dan gaya hidup Afrika yang santai dan tidak terburu-buru.
Ternyata, apa yang dirancang oleh Tuhan adalah yang terbaik, yang paling disukai dan paling pas untuk mereka.

Pelajarannya, jangan pernah takut mentaati Allah. Apa pun pilihan Allah, itu yang terbaik dan yang paling kita sukai meski mungkin saja pada awalnya kita tidak menganggap demikian. Allah lebih mengenal diri kita daripada kita sendiri.
Percayalah!

Siap praktik?

You created your own limit. Learn to break them.

Anda yang membuat batasan Anda sendiri. Belajarlah untuk menghancurkannya.

YennyIndra
TANGKI AIR & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

https://mpoin.com/

SeruputKopiCantik

yennyindra

InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan

mengenalTuhan #FirmanTuhan


Spread the love

Related Post