Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Sadarkah Kita, Tuhan Ingin Kita Bersatu, Bergotong-royong & Saling Mengasihi?
Begitu post artikel “Tuhan Yang Selalu Bisa Diandalkan! Ini buktinya…*, Monica memberi info tambahan yang apik.
Yang belum baca artikel kemarin, sila KLIK:
https://yennyindra.com/2022/05/tuhan-yang-selalu-bisa-diandalkan-ini-buktinya/
” Yenny, tahu gak siapa pemilik gedung, yang menjadi -Malaikat Penolong Sekolah Pelita Permai?” tanya Monica,
“Beliau seorang Muslim yang baik hati, bahkan pemilik sebuah pesantren. Dengan penuh kasih, mengijinkan Pelita membayar sesuai dana yang ada dan sisanya dicicil selama 1 tahun.”
Wow…..
Perbedaan keyakinan, suku, ras tidak menjadi masalah.
Jangan pernah membatasi diri dengan pemikiran kita yang terbatas.
Dari pengalaman pribadi saya juga sama.
Tanah pertama yang kami miliki, dibeli dari seorang dosen, P. Darto, namanya.
Beliau seorang muslim taat, yang memberi kami kesempatan membeli tanahnya dengan mencicil.
Bahkan sebelum mencicil yang pertama kalinya, beliau berkenan sertifikat dibalik nama an. P. Indra.
Setelah mencicil pertama, kami bisa dapat pinjaman bank dengan jaminan sertifikat tsb. sehingga kami dapat modal tambahan untuk berbisnis.
Kami pun mencicil pinjaman itu pada P. Darto hingga lunas.
Tuhan itu Allah yang Maha-kreatif.
Apa yang sulit bagi-Nya?
Tidak ada yang mustahil bagi-Nya!
Karena itu, jangan batasi Allah dengan otak kita yang hanya sebesar kacang.
Bangun hubungan baik dengan siapa saja.
Siapa pun bisa Tuhan pakai jadi malaikat penolong.
Sesungguhnya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang penuh kasih, rukun dan saling bergotong-royong sejak jaman dulu.
Melalui peristiwa ini, kita diingatkan, alangkah indahnya jika setiap kita bersatu, saling membantu, saling menghormati, tanpa ada kotak-kotak perbedaan agama, ras, suku dsb., lalu bergotong-royong membantu saudara-saudara kita yang berkekurangan.
Betapa indahnya dunia ini….
Setiap kita umat Tuhan yang penuh kasih, tentunya kasih itulah yang perlu diamalkan dan dibuktikan bahwa buah kehidupan kita memang kasih.
Allah adalah Sang Kasih Yang Sempurna.
Jika Allah yang benar-benar ada di dalam hati kita, tentu yang terpancar melalui hidup kita, kasih juga.
Teringat saat kecil di Kota Kebumen, kampung halaman saya. Setiap lebaran mama sibuk mengirimkan hantaran untuk tetangga yang muslim. Ada juga tetangga muslim yang Orang Arab. Tuan Ali, demikian papa kerap menyebutnya.
Bahkan ketika ada penduduk yang baru pindah, justru mama yang penduduk lama yang mengirimi hantaran terlebih dulu.
“Ma, koq bukan tetangga baru yang ke rumah kita?”
“Gak apa, mungkin masih repot. Konon beliau seorang guru. Baru pindahan, hantaran ini bisa sedikit membantu.”
Hubungan antar tetangga sangat rukun dan damai. Tidak pernah terdengar pengkotak-kotakan seperti sekarang.
Bahkan saat Bapak pemilik Toko “Basuki” hendak menjual tokonya, banyak yang berminat. Baik dari tetangga yang muslim mau pun tionghoa.
“Toko ini hanya saya jual ke orang lain, kalau Papah & Mamah Toko Pojok tidak mau membelinya,” ujarnya.
Toko “Pojok” adalah toko milik papa & mama, yang sekarang dilanjutkan oleh Ayda, adik saya.
Sedemikian akrabnya hubungan persaudaraan dan pertemanan kami.
Sungguh menyenangkan dan membekas di hati. Keteladanan yang mulia.
Banyak guru-guru dan sahabat-sahabat saya yang muslim.:
- P. Prasetya & B. Uti M. Brata – sang pakar Neuro Semantic. Provokasi & Inti Makna.
- P. Eka Wartana – yang terkenal dengan teorinya “Berpikir Tanpa Mikir” yang sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa dan bukunya dipamerkan di Jerman.
- P. Achmad Nurcholis, tokoh lintas agama.
- Bunda Dewi Motik, sudah sangat terkenal dengan berbagai prestasinya sejak muda.
- B. Santi Mia Sipan, pengusaha sekaligus ibu luar biasa yang berhasil mendidik putrinya yang autis jadi mandiri. Ada bukunya lho… Nanti saya tulis di Seruput Kopi Cantik ya..
- Prof Edy Djuwito penemu Argentum yang wawasannya sangat luas, – baik soal rohani mau pun science -.
Prof. Edy dengan murah hati memberikan berbagai bahan, mengajari hal-hal rohani tingkat tinggi…
Hahahaha…. Saya yang ‘kepontalan,’ istilah Jawanya, terseok-seok, untuk memahaminya - dan banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Tidak sedikit pula yang Buddhist seperti filsuf kami, P. Sjahsjam, Bu Melly Kiong, dan ‘kakak’ saya tercinta, Bu Linda Ariamtiksna, meski beliau penganut Buddhist yang taat, namun tidak segan-segan membantu Sekolah Pelita Permai.
Bu Linda teman SMA P. Indra, kami bersahabat dekat.
Saya bangga, diperkaya, diperlengkapi dan menjadi lebih bijak serta memiliki wawasan yang lebih luas karena mereka.
Kami bergaul dekat dan akrab, perbedaan justru mempererat hubungan kami.
Memang kami berbeda keyakinan, beda suku, beda ras, beda level pendidikan tetapi itu tidak pernah membatasi kami untuk saling memperhatikan dan mengasihi.
Semakin seseorang mengenal Allah, semakin sadar bahwa sesungguhnya setiap kita adalah musafir di dunia ini. Tidak perlu sibuk dengan “aku” dan berbagai kepentingan di dunia ini.
“Wong urip iku mung mampir ngombe” – orang hidup itu hanya sekedar mampir minum, demikian kata pepatah Jawa.
Final kita, ketika berjumpa dengan Tuhan, berkenankah Allah pada apa yang kita kerjakan semasa di dunia ini?
Masing-masing akan mendapatkan upahnya.
Mengapa kita menyibukkan diri dengan yang sementara dan tidak mengejar yang kekal, selama-lamanya?
Saya senantiasa meyakini, di surga kelak, Tuhan juga tidak akan bertanya kita ini dari suku, ras, bangsa atau agama apa?
Tetapi Tuhan ingin tahu, apakah melalui kehidupan kita, orang lain bisa melihat Allah?
Bukankah kita ini ditugaskan menjadi Terang & Garam dunia?
Sudahkah kita melaksanakannya?
Jangan biarkan perbedaan memecah-belah bangsa kita.
Jika Tuhan menginginkan di dunia ini hanya ada satu agama, satu bangsa, satu warna kulit, satu suku dll, bisa ga?
Sangat bisa.
Dia Allah, apa yang mustahil bagi-Nya?
Tetapi Allah tidak melakukannya!
Why?
Taman kebanggaan di rumah kami, canttiiiik karena bunganya warna warni, dipadu dengan hamparan rumput yang menghijau.
Perbedaan warna inilah yang menciptakan kecantikan dan keanggunannya. Berbeda tapi rukun, masing-masing bunga berada di tempat masing-masing. Gak rebutan or saling tabrak.
Asri…. Ayem…. Adem…. Tenteram….
Jika kebun kami hanya satu warna, tentu membosankan. ‘Jebleh’, kata Orang Jawa.
Makes Sense?
Mari kita bersatu, bergotong-royong mengerjakan tugas Allah, agar dunia menjadi lebih baik karena kehadiran kita.
Bangsa Indonesia & Negara Indonesia menjadi lebih baik, saling mengasihi, saling menghormati karena memiliki warga negara seperti kita.
Yuuuuukkkk….
Sometimes the simplest solution out of conflict is becoming someone’s friend, instead of saying goodbye forever.- Shannon L. Alder.
Love each other dearly always. There is scarcely anything else in the world but that: to love one another. (Victor Hugo)
Kadangkala solusi paling sederhana dari konflik, yaitu dengan cara berteman, alih-alih mengucapkan selamat tinggal selamanya.- Shannon L. Alder.
Saling mengasihi senantiasa. Hampir tidak ada hal penting lainnya di dunia selain untuk saling mengasihi. – Victor Hugo
YennyIndra
TANGKI AIR & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN