Penyesuaian Besar-Besaran. Berani Gak? THERE NOT HERE!*

Spread the love

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Penyesuaian Besar-Besaran. Berani Gak? THERE NOT HERE!

Kebanyakan orang mau ikut Tuhan, tetapi ingin tetap mengendalikan hidupnya sendiri. Dia ingin menjadi ‘allah’ atas hidupnya.
Hanya mau berkat, keselamatan, keuntungan, manfaat yang dijanjikan Tuhan, tetapi tidak mau taat menuruti syarat-syarat yang diberikan Tuhan.

Saat ada masalah cari Tuhan, sudah dapat solusi, masalah selesai langsung bye… bye…

Saya baru belajar, ternyata mengikut Tuhan artinya kita harus menyesuaikan hidup kita secara besar-besaran kepada Tuhan dan kehendak-Nya.

Sebelum kenal Tuhan, mungkin teman-teman kita lingkungan yang suka dugem, merokok, menghalalkan segala cara. Ketika hendak menjadi murid Tuhan yang sungguh-sungguh, kita ‘harus’ meninggalkan teman-teman lama.

Koq gitu? Sok suci banget…
Tentu saja… Karena nilai-nilai yang dihidupi berbeda.
Kalau betul-betul bertobat, pasti secara natural merasa tidak cocok lagi. Hal-hal yang menyerempet dosa, membuat hati yang bertobat merasa tidak nyaman lagi. Roh Allah sekarang tinggal di dalam roh kita.

Selain itu, jika memaksakan diri, terus bergaul dengan lingkungan lama, mustahil hidup kita bisa berubah dan berkenan kepada Allah.
Mustahil pula hidup kita bisa naik dan merealisasikan semua keuntungan janji-janji Tuhan dalam kehidupan kita.

Setiap janji, ada persyaratannya. Ada cara untuk memperolehnya.
Ibarat penggenapan janji Tuhan ada di sebelah timur, kalau kita ngotot ke barat, ya pasti gak ketemu.
Bukannya Tuhan ingkar janji tetapi kita yang tidak mengikuti arahan-Nya.

Ingat pepatah:
Hidup Anda adalah rata-rata dari kehidupan 5 orang terdekat dalam kehidupan Anda.

Jadi mau lihat masa depan kita itu mudah.
Lihat saja teman-teman terdekat kita.
Apakah keluarga mereka harmonis? Bisnis lancar? Menghidupi firman-Nya? Bisa dipercaya?
Kalau ya, hidup kita tidak akan jauh dari itu.

Kalau sebaliknya, hidup Anda kurang lebih seperti itu juga.


Tidak sedikit orang yang bersiteguh tidak mau pergi dari kota kelahirannya. Dari lahir sampai mati pokoknya harus di kota itu.
Tidak salah sich, asalkan selaras dengan kehendak Tuhan.

Nach kadang-kadang ada yang berdoa minta terobosan dari Tuhan. Minta berkat.
Sebetulnya Tuhan sudah menyediakannya tetapi masalahnya berkatnya ada di sana – ‘there’, bukan di sini – ‘here’.

Suatu ketika hiduplah Elia, dari Tisbe-Gilead. Karena bangsanya berdosa melawan Tuhan, maka terjadilah kekeringan panjang di negara itu.

Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Elia:
“Pergilah dari sini, berjalanlah ke timur dan bersembunyilah di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan.
Engkau dapat minum dari sungai itu, dan burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau Di SANA.”

Lalu Elia pergi dan ia melakukan seperti firman TUHAN; ia pergi dan diam di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan.
Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai itu.

Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.
Gagak pun bisa rutin mengirim roti dan daging setiap pagi dan petang.
Tetapi penyediaan itu ada di tepi Sungai Kerit alias ‘THERE’,
bukan di kampung halaman Elia alias ‘HERE’.

Seandainya Elia ngotot, gak mau menuruti Tuhan pergi ke Sungai Kerit, tentunya tidak ada gagak yang kirim roti dan daging ke sana. Kelaparan dia…. Bahkan bisa mati.
Nach lho…. Siapa yang salah???

Dengan cara yang sama, kerapkali bukannya Tuhan tidak menjawab doa-doa kita, Tuhan sudah menjawabnya.
Tetapi jawaban doanya itu THERE NOT HERE.
Jawabannya DI SANA, BUKAN DI SINI.

“Tuhan jadikan aku sesuai rencana-Mu yang bisa berdampak mendunia seperti si X.”

“Gampang itu, Nak… Tapi ikuti cara-Ku BUKAN caramu…,” jawab Tuhan,
“Yang Tuhan itu Aku, BUKAN kamu… Ingat itu!”

Gubraaaaaakkkkk….

Tergantung kita, bersediakah menyesuaikan diri besar-besaran dengan kehendak Tuhan atau tidak?
Penyesuaian diri ini butuh iman, perjuangan dan tentu saja tidak nyaman.


Sejak lulus SMP, saya sudah keluar dari kampung halaman tercinta, Kota Kebumen. SMA sekolah di Semarang. Kuliah di Jogja. Menikah tinggal di Solo. Pindah Surabaya dan sekarang di Tangerang. Selama itu, biasa wira-wiri ke berbagai kota plus travelling.

Paham sekali, pindah kota gak mudah. Cari teman baru. Menyesuaikan diri dengan budaya setempat, butuh waktu untuk mendapatkan teman-teman yang pas dll.
Perjuangan pokoknya…

Awal sekolah Charis, saya ambil kelas koresponden. Belajar sendiri. Di sekolah hanya kenal Imam, yang memperkenalkan saya pada Sekolah Charis, dan Chang, sahabat Imam.

Oneday ada acara di sekolah, saya hadir. Gak kenal siapa-siapa kecuali Imam & Chang. Beda usianya jauh.
Cowo pula.
Bengong… Senyum kanan kiri… Sendirian.
Jadilah dalam acara itu ada ratusan foto dan wajah saya tidak nongol satu pun dalam foto itu….
Dieeenk…. Tertolak rasanya…

Tetapi demi kemajuan ya… Dibela-belain. Tidak ada YennyIndra hari ini or Seruput Kopi Cantik, jika saya tidak mau melangkah keluar.

Karena terlalu terbiasanya pindah-pindah, putri saya Elisa, sudah punya bisnis di Surabaya. Liburan lebaran tahun lalu ke rumah kami BSD, trus gak pulang lagi, langsung buka cabang Jakarta dan memutuskan stay di Jakarta.
Bisnisnya di Surabaya justru jadi cabang sekarang.
So simple!

Itulah sebabnya, kami terheran-heran kalau lihat orang mau pindah kota saja, hebohnya luar biasa.
Kami pindah cuma bawa 1-2 koper. Barang-barang lain? Yah… Kapan-kapan klo butuh. Kan gapapa tetap di rumah Surabaya.
Sesungguhnya gak banyak koq barang-barang yang betul-betul kita butuhkan.
Take it easy saja…

Gak harus juga klo memilih menetap di Tangerang, lalu harus di Tangerang terus. Bosan ya.. Ke Surabaya or Solo or ke mana saja….
Mengapa status pindah dan stay di suatu tempat mesti dibikin heboh? KTP saya tetap Surabaya.
Wong sekarang jaman internet. Bule-bule banyak yang bisnisnya di luar negeri, tapi mereka kerjanya dari Ubud. Sambil liburan setiap hari.

Yuk belajar taat dengan kehendak Tuhan.
Regangkan diri, berpikir lebih besar dan luas.
Di suru pergi ke THERE ya… melangkahlah….

Rancangan Tuhan itu bukan seukuran kita, tetapi seukuran Allah, artinya kita akan mengalami krisis dan butuh iman untuk mencapainya.

Nach ketika tercapai, kita sadar…. Ini Tuhan, bukan saya!
Saya gak sehebat itu.
Nama Tuhan dipermuliakan…. Polanya begitu.
Berani?

When you follow God’s will for your life, you can see how yesterday’s events prepared you for today’s challenges and tomorrow’s opportunities – David Jeremiah.

Ketika Anda mengikuti kehendak Tuhan untuk hidup Anda, maka Anda dapat melihat bagaimana berbagai peristiwa yang lalu, mempersiapkan Anda untuk menghadapi tantangan hari ini dan menciptakan peluang untuk esok hari – David Jeremiah.

YennyIndra
TANGKI AIR & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

https://mpoin.com/

SeruputKopiCantik

yennyindra

InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan

mengenalTuhan #FirmanTuhan


Spread the love

Related Post