Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Ingin Hidup Meningkat dan berkembang? Ini Rahasianya!
Nyaris setiap orang di dunia ini, percaya kepada Tuhan. Bahkan atheis pun secara naluri memahami ada sesuatu yang lebih besar daripada dirinya, yang menciptakan alam semesta.
“Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya.”, demikian nyanyian Raja Daud.
Nahasnya meski semua orang mempercayai adanya Tuhan, tidak semua orang mempercayai firman Tuhan.
Padahal sesungguhnya, firman itu adalah Allah sendiri.
Dengan memahami firman Tuhan, kita dengan jelas dan pasti, dapat mengerti kehendak Tuhan yang tidak berubah.
Adam percaya kepada Tuhan. Bahkan setiap hari dia bercakap-cakap dengan Allah. Sayangnya Adam tidak mempercayai apa yang Tuhan katakan kepadanya (firman), sebaliknya Adam justru mempercayai bujukan setan. Itulah sebabnya, Adam melanggar perintah Tuhan dan makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat, sehingga harus menanggung konsekuensinya.
Rohnya ‘mati’ alias terpisah dari Allah.
Sungguh mengenaskan!
Firman yang tertulis sungguh merupakan berkat yang luar biasa. Kita bisa mempelajari, merenungkan kebenaran dan berubah menyelaraskan diri dengannya.
Setiap kita ingin hidupnya berubah, meningkat, jadi lebih baik, berkembang, sukses, sehat dan sembuh.
Allah sendiri sudah menyediakan segala kelimpahan, kesehatan, kesembuhan, hikmat dan apa pun yang kita perlukan, di dalam roh kita.
Karena Allah sendiri dengan segala kekayaannya yang tinggal di dalamnya.
Lalu bagaimana cara untuk memanifestasikan apa yang sudah tersedia di dalam roh kita agar termanifestasi di alam natural?
Dengan memperbaharui pikiran kita sesuai dengan firman-Nya.
Jika yang tersimpan di dalam hati kita adalah firman Tuhan dengan segala hikmat dan kekayaannya, maka kelimpahan itu pula yang akan mengalir dalam kehidupan kita.
“Jagalah hatimu dengan penuh kewaspadaan, karena dari sanalah terpancar kehidupan” ujar Raja Salomo.
Masalahnya bukan apakah Tuhan berkenan memberi kita, – Tuhan SUDAH memberikan semuanya bagi kita, – tetapi permasalahan sesungguhnya, apakah kita bisa menerimanya.
Agar bisa menerimanya, kita harus menyamakan frekuensi kita dengan frekuensi Allah, barulah segala kemakmuran, kelimpahan, kesehatan, kesembuhan dapat mengalir ke dalam kehidupan kita.
Bagaimana cara menyamakan frekuensinya?
Kita wajib memperbaharui pikiran kita sesuai Hukum Kerajaan Allah, supaya pikiran, mindset, cara hidup kita selaras dengan cara pikirnya Tuhan.
Problemnya, cara pikir Tuhan seringkali berlawanan dengan cara pikir dunia. Kerap dianggap tidak masuk akal.
Pertanyaannya: Maukah kita mentaatinya?
Karena cara Tuhan berbeda dengan cara kita, Tuhan kerap memakai orang-orang yang tidak diperhitungkan oleh dunia, menjadi alat-Nya untuk melakukan hal-hal yang spektakuler, sehingga dunia tahu: hanya Tuhan yang bisa melakukannya.
Orang yang tidak diperhitungkan dunia, lebih nurut, gak ngeyel dan gak merasa jagoan… Jadi dengan lugu, dia percaya saja dengan iman seperti anak kecil.
Tuhan suka orang yang rendah hati, yang bergantung sepenuhnya pada kekuatan-Nya, hikmat-Nya serta taat kepada-Nya.
Kita suka sekali dengan kupu-kupu yang cantik. Bahkan ada tempat wisata di mana kita bisa menikmati keindahan beraneka ragam kupu-kupu dengan sayapnya yang unik.
Cantik memukau….
Padahal kupu-kupu itu dulunya ulat yang menjijikkan. Hidupnya di tempat-tempat di bawah yang tidak disukai orang. Merayap.
Andrew Wommack menjelaskan, jika kita berada di tempat yang bawah, kotor dan tidak disukai orang, seperti si ulat, lalu ingin berkembang menjadi kupu-kupu cantik yang bisa terbang kian kemari di tempat yang tinggi, maka rahasianya adalah dengan memperbaharui pikiran kita sesuai dengan firman Tuhan.
Saat pikiran diperbaharui, wawasan bertambah luas, cara kita memandang dunia dengan berbagai persoalannya pun berbeda. Kita menjadi berhikmat.
Hikmat itulah kunci keberhasilan dalam hidup ini.
Wisdom is not a product of schooling, but of a lifelong attempt to acquire it.
Kebijaksanaan (hikmat) bukanlah produk dari sekolah, tetapi dari usaha seumur hidup untuk mendapatkannya. – Einstein.
Not until we have become humble and teachable, standing in awe of God’s holiness and sovereignty. Acknowledging our own littleness, distrusting our own thoughts, and willing to have our minds turned upside down, can divine wisdom become ours.
Sampai kita menjadi rendah hati dan mau diajar, berdiri dalam kekaguman akan kekudusan dan kemahakuasaan Allah, mengakui betapa kecilnya diri kita, tidak lagi mengandalkan pikiran kita sendiri, dan rela pikiran kita dijungkirbalikkan, barulah Hikmat Ilahi menjadi milik kita.
– J.I. Packer
Sederhananya, Hikmat yang membuat kita berada di tempat yang tepat, menjadi orang yang tepat, pada saat yang tepat, dengan pengetahuan serta kemampuan yang tepat, untuk mengambil keputusan, mengeksekusi dan menyelesaikan tugas/project yg ada.
Dan hasilnya? Tentu dahsyat!
Siapa yang bisa melakukannya? Hanya Tuhan!
Firman Tuhan itu roh, hidup dan berkuasa untuk mencipta mau pun mengubah kehidupan.
Makin kita memahami firman Tuhan, maka kita makin mengenal Tuhan. Dengan sendirinya hikmat itu ada di dalam kita.
Mau sukses? Bahagia? Sehat?
Perolehlah hikmat dan dengan segala yang kauperoleh, perolehlah pengertian….untuk menjalani hidup dengan berkemenangan.
“To have faith is to trust yourself to the water. When you swim you don’t grab hold of the water, because if you do you will sink and drown. Instead you relax, and float.” – Alan Watts.
“Beriman bagaikan mempercayakan diri Anda pada air (Tuhan). Ketika Anda berenang, Anda tidak memegang air, karena jika Anda melakukannya, Anda akan tenggelam dan mati. Sebaliknya Anda rileks, dan mengapung. ” – Alan Watts.
YennyIndra
TANGKI AIR & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN