Bijak Memberi Makna, Menghindari Ribuan Pertempuran Yang Tidak Perlu.

Spread the love

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Bijak Memberi Makna, Menghindari Ribuan Pertempuran.

“Chat gak dibalas tapi online? Positive Thinking saja, siapa tahu HP-nya nyala tapi orangnya mati!”

Tertulis di wall Fb seorang teman. Rupanya dia kesal, chat di sosmed tapi tidak dibalas. Padahal orang itu bisa online.

Diiieeennnkkk!!!
Padahal itu saya banget. Pie Jal?
Saya punya seratus grup lebih, kadang chat tertumpuk.

Teman kuliah saya, Lanniawati Matita, suatu ketika chat tanya tentang Iceland. Dan tertumpuk chatnya. Kami jarang japri. Lanni diam saja.
Suatu ketika saya perlu japri lanni, baru sadar, ada chat japri dari lanni. Dan sudah setahun yang lalu. Alamaaak!
Cepat-cepat saya telpon lanni, minta maaf, untung tidak marah.

“Lan, kalau gak saya jawab, telpon… Ingatkan saya. Please.. “

Demikian juga Adinda. Chat japri Agustus 2021, baru saya baca Januari 2022. Duh… Sungkan abis.

“Adinda, kalau japri tidak saya baca, tolong telpon ya…. Pasti chatnya tertindih chat lainnya.”

“Iya… Gapapa Bu Yenny…”

Bisa beneran disangka saya sudah mati nanti, tapi HP masih menyala. Padahal beneran gak sengaja…

Hhhmmmm….
Saya membayangkan, bagaimana tuh P. Wiliam Wiguna yang mengaku punya lebih dari 350 grup Whatsapp.
Maklum beliau kan Ketua Aspirasi dan aktif di berbagai organisasi.
Di kalangan teman-teman motivator dan penggemar seminar, grup WA pasti banyak. Mereka bilang, kalau Hp lemot gara-gara kebanyakan grup, artinya harus ganti HP yang lebih canggih. Bukannya left group.


Sedang heboh kasus Will Smith menampar Chris Rock yang menyinggung Jada, istri Will Smith, seperti “GI Jane.”

Mengapa Smith sedemikian tersinggung?
Karena Smith memberi makna, mengartikan kalimat Chris sebagai penghinaan.
Sebaliknya, kalau Smith mengartikan kalimat Chris sebagai kesempatan untuk mengangkat karier Jada, tentu reaksinya berbeda.

Segala sesuatu tidak memiliki Makna, sampai kita yang memberi Makna. Ini prinsip dasar pelajaran Inti Makna guru saya, P. Prasetya M. Brata.

“Pingin bertanya Om.. masih terkait dengan Will Smith. Di pidato kemenangannya, terlontar statement.. ‘cinta memang bisa membuat kalian melakukan hal-hal gila’ apa iya ini tentang cinta ya Om? Apa yang membuat orang berucap atau berperilaku yang kurang ekologis secara spontan? Apa betul dorongan dari cinta akan membuatnya lebih mudah terjadi?”, tanya seorang teman pada P. Pras.

“Dalam pemahaman keilmuan yang kupelajari, itu lebih condong ke excuse (alasan), bukan reason (penyebab)… reason-nya soal proses pemaknaan yang menyebabkan dorongan emosi dan ia ‘tanpa sadar’ melakukan tindakan berdasarkan pemaknaan dan emosi itu. Buktinya ketika ‘sadar’, ia minta maaf.”

Sama juga teman yang sedikit kurang suka chatnya tidak dijawab, karena memberi makna temannya ‘sengaja’ tidak membalas. Padahal pada kasus saya, beneran keselip.
Maafken!


Bagi yang tidak mengenal dekat P. Indra, bisa salah persepsi.
P. Indra kalau sedang berjalan dengan keluarga, dia suka jalan duluan ke depan.
Nach nanti dia balik, dengan info, di depan sebelah kiri ada bla bla bla… dan di sebelah kanan ada ABC.. Mau yang mana? “

Saat menunggu, daripada nganggur, P. Indra suka membawa mobilnya putar-putar melihat situasi. Pokoknya bak intel yang sedang melihat gambar besarnya, demi keamanan. Saya kerap diomeli, kurang tanggap terhadap situasi sekitar.

Itulah sebabnya saat di Spanyol, dompet saya dicuri, P. Indra langsung tahu. Oleh ibu Spanyol di depan saya, sudah dioper ke pria muda di belakangnya. Si pencuri dikejarnya, dompet saya kembali dengan utuh.

Bahkan setiap ada jalan baru dibuka di daerah yang kami cukup familiar, P. Indra ingin tahu, ke mana ujung jalan ini?
” Ooo ternyata sampai ke sana, yang ada tol sedang dibangun. Daerah ini ke depannya akan berkembang. Bagus ini”

Sampai seorang teman berkomentar di balik punggung P. Indra,
“Koq bisa… Jalan dengan anak istri, terus jalan sendirian ke depan…”
Teman ini tipe suami yang setia mengikuti anak istri berbelanja.
Mana yang benar?
Gak ada yang benar dan yang salah. Semua ada plus minusnya. Masalahnya style dan karakter mereka berbeda.

Inilah penyebab terjadinya gesekan, pertengkaran bahkan hingga bercerai. Karena kebanyakan orang menilai orang lain menurut persepsinya, kacamatanya sendiri, sepatunya, atau makna yang diberikannya.

Dan tidak sedikit yang menuntut orang lain berubah!
Dia ingin orang lain yang menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang dianutnya, persepsinya, caranya dst.

Sampai mati pun, kita Tidak Akan Pernah bisa mengubah orang lain. Kita hanya bisa Mengubah Diri Kita Sendiri. Ketika kita berubah, orang lain serta dunia di sekeliling kita pun berubah.
Ini prinsip kehidupan.

Belajarlah memahami orang lain dan tidak cepat menghakimi. Mencoba berjalan di sepatu orang lain.
Bijak Dalam Memberi Makna, kata P. Pras.
Itu akan menghindarkan kita dari ribuan pertempuran yang tidak perlu.

Ada tips mudah untuk menghindari kesalahpahaman, yaitu bertanya.
Sebelum mengambil kesimpulan menurut persepsi kita sendiri, bertanyalah mengapa dia bertindak demikian?
Kerap saya terpukau mendengarnya, ternyata banyak hal yang luput dari pandangan saya. “Huh untung saya tanya…”

Itulah sebabnya, ketika terjadi kesalahpahaman, saya lebih suka membicarakan langsung dengan orangnya. Saya bisa menyampaikan permasalahan dari persepsi saya dan memberinya kesempatan menjelaskan dari persepsinya. Mencoba memahaminya.
Lebih clear.

Kalau memang kita yang salah, ya akui dan minta maaf. Gak usah excuse, cari alasan untuk membenarkan diri, apalagi menyalahkan orang lain. Justru bikin masalah makin melebar dan sulit diselesaikan.

Dan gak bisa kita menuntut orang lain harus minta maaf.
Biasanya, tapi tidak 100% demikian, ketika dengan rendah hati kita bersedia mengakui kesalahan kita, maka pihak lawan pun ikut mengakui kesalahannya dan minta maaf juga.
Entah dengan ungkapan yang verbal, mau pun tidak.
Yang penting kesalahpahaman selesai.
Setelah itu, mau terus berhubungan or tidak, terserah masing-masing pihak.

Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum sepakat? Daripada harus membebani karena perbedaan nilai-nilai yang ekstrem.

Ada orang tertentu yang memang lebih bijak untuk ‘loving from a distance’ – dikasihi dari kejauhan, kata Joel Osteen.

Bagaimana pendapat Anda?

The reality of life is that your perceptions – right or wrong – influence everything else you do. When you get a proper perspective of your perceptions, you may be surprised how many other things fall into place.” Roger Birkman.

“Kenyataan dalam hidup tergantung persepsi Anda – baik itu benar atau salah – akan memengaruhi semua hal lain yang Anda lakukan. Ketika Anda memilih perspektif yang tepat, Anda mungkin terkejut betapa banyaknya hal lain yang kemudian terjadi, dan berada di tempat yang seharusnya” Roger Birkman.

YennyIndra
TANGKI AIR & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

https://mpoin.com/

SeruputKopiCantik

yennyindra

InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan

mengenalTuhan #FirmanTuhan


Spread the love

Related Post