Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
“Kisah Unik Di Balik Artikel “Sudahkah Hidup Kita Berdampak?”
Sudah lama bersahabat dengan B. Liana dan Monica, tentu saya tahu pergumulan mereka mendapatkan gedung untuk Sekolah Gratis “Pelita Permai”, sekolah untuk anak-anak kaum marjinal.
B. Liana pernah bercerita sambil berlinang airmata karena begitu berat beban hatinya, anak-anak harus segera sekolah tatap muka, sementara gedung belum siap.
Kami pun berdoa sepakat minta pertolongan Tuhan.
“Ini pekerjaan Tuhan, visi Tuhan, untuk mengentaskan anak-anak yang terpinggirkan. Tuhan tidak akan terlambat. Mari kita buktikan…,” ujar saya menghibur.
Sempat sebelumnya ada gedung yang cocok sekali, tetapi harganya terlalu mahal. Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil, tetapi masalahnya, benarkah tempat ini yang dikehendaki Tuhan bagi Sekolah Gratis Pelita Permai?
Kami terus mendoakannya.
Sama seperti kita semua saat menghadapi masalah, kita perlu menunggu arahan, kadang mengalami trial & error, sebelum akhirnya mengerti yang mana yang betul-betul pilihan Tuhan.
Beberapa minggu tidak ada kontak, saya tidak tahu perkembangannya. Kesibukan masing-masing membuat saya lambat memonitornya.
Suatu hari saya tertarik dengan illustrasi tentang menyelamatkan bintang laut. Meski tidak bisa menjadi penolong banyak orang, tetapi setidaknya bisa menolong 1-2 orang.
Entah bagaimana, tanpa direncanakan, saya membahas tentang Pondok Hayat dan Pelita Permai. Saya tahu betul ke dua yayasan ini sungguh-sungguh dikelola dengan baik.
Saya pun kontak B. Liana menanyakan perkembangannya. Ternyata sudah ada gedung yang ditaksir dan harganya reasonable. Lengkap dengan data-datanya. Mereka tengah mendoakannya karena kekurangan dananya cukup besar.
Seperti biasa, saya hanya bercerita dalam Seruput Kopi Cantik, Pelita Permai butuh gedung baru dengan harga 5M, sementara dana yang tersedia baru 3M. Titik. Lalu saya membahas yang lain.
Malam itu sekitar pukul 00.20 saya dibangunkan Tuhan.
Duh Tuhan… ngantuk nich!
Ada dorongan untuk menuliskan data-data gedung yang akan di beli, lengkap dengan jumlah kelas, kantor dll.
Setelah ditulis, segera tidur lagi.
Subuh sekiar pk. 05.00 saya dibangunkan, dengan dorongan kuat untuk mencantumkan no hp B. Liana.
Padahal baru buka mata, antara sadar dan tidak sadar… ?
“Beneran Tuhan? Ini bukan style Seruput Kopi Cantik lho! Saya harus minta ijin dulu.”
Akhirnya, pagi itu saya telpon beliau. Disetujui untuk dicantumkan.
Saya amat sangat menjaga Seruput Kopi Cantik, tidak pernah sekali pun minta sumbangan atau dimanfaatkan untuk mengumpulkan dana bagi siapa pun.
Beberapa teman minta tolong untuk di post, “untuk membantu yang membutuhkan”, alasan teman tadi, tetapi dengan tegas saya menolaknya.
Selama ini justru saya yang kerap memberi buku gratis bagi teman-teman.
Sempat terbeban, betulkah ini ‘suara’ Tuhan?
Atau hanya terpengaruh emosi sesaat.
Saya berdoa, tidak ingin melakukan kesalahan.
Tetapi dorongan dalam hati begitu kuat, jadi saya belajar taat.
“Ci Liana, ini benar-benar pertama kalinya saya mencantumkan nomor hp untuk sumbangan. Seruput Kopi Cantik tidak pernah melakukannya. Hanya untuk Sekolah Gratis Pelita Permai. Saya belajar taat. Mari kita lihat, benarkah ini memang suara Tuhan yang mendorong saya mencantumkannya? Saya pun ingin tahu, bagaimana hasilnya? Ini petualangan rohani saya, dalam rangka mengenal Tuhan lebih dalam.” pesan saya pada B. Liana.
Saya belajar mengamati banyak hal yang terjadi dalam hidup, yang mana yang betul-betul dari Tuhan, dan mana yang tidak. Agar ke depannya bisa mentaati-Nya dengan lebih baik.
Ada beberapa teman menghubungi B. Liana minta nomor rekening dan menyumbang.
Ada teman-teman yang japri, lalu telpon saya, memastikan Pelita Permai betul-betul ladang subur yang dikelola dengan penuh tanggung jawab, untuk kemuliaan Tuhan.
Akhirnya ada yang bersedia meminjamkan dana untuk menutup kekurangannya, lalu Pelita Permai bisa mencicilnya 75juta/bulan.
‘Malaikat penolong’ ini tidak ingin diketahui namanya, anonim.
Adakah hubungannya dengan artikel yang saya tulis?
Tidak tahu juga.
B. Liana sungguh-sungguh menjaga rahasia ini.
No problem!
It’s all about God, not me.
Ini semua tentang Tuhan, bukan tentang saya atau Seruput Kopi Cantik.
Yang terpenting kami semua bersukacita, akhirnya murid-murid Pelita Permai bisa sekolah dengan baik.
Sekolah tatap muka bisa dilaksanakan.
“Terharu akan pekerjaan Tuhan yg besar…,” ujar B. Liana.
Perjalanan hidup bersama Tuhan itu bukan matematika, yang serba pasti. Cara Tuhan selalu baru dan unik. Kita tidak bisa meniru pengalaman orang lain untuk kasus yang kita alami.
Yang bisa dipegang, Janji-Nya selalu ditepati dan tidak pernah terlambat. Kalau kita mengerjakan kehendak Tuhan, provision tersedia. Apa pun yang kita butuhkan pasti Tuhan mencukupi.
Sesungguhnya setiap kita hanyalah sepotong puzzle dalam gambar kehidupan yang besar milik Sang Pencipta.
Tuhan yang menyambung-nyambungnya, sehingga kita terpukau, tidak sengaja mengalami Divine Connection, koneksi Ilahi, membentuk gambar-gambar indah dalam rancangan-Nya.
Sungguh Unik….
Beyond our thinking & imagination…
Jika Tuhan berkenan memakai dan kita bisa mentaatinya, itu sungguh suatu anugerah.
Tidak ada kebahagiaan dan kepuasan yang melebihi kesadaran, bahwa kita berada ditengah-tengah kehendak Tuhan, sedang terlibat, dan menjadi bagian penggenapan visi-Nya yang besar.
Setuju?
If you can trust a puzzle company to make sure every piece is in the box to complete the puzzle, than why can’t you trust God that every piece of your life is there for a reason?
Jika Anda dapat mempercayai perusahaan puzzle untuk memastikan, setiap bagian ada di dalam kotak untuk menyelesaikan puzzlenya, mengapa Anda tidak dapat memercayai Tuhan, bahwa setiap bagian dari hidup Anda ada dan terjadi, karena suatu alasan?
YennyIndra
TANGKI AIR & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN