Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Rheva: Sembuh Dari Syaraf Terjepit Tanpa Operasi. Bisakah?
Rheva, marketing sebuah perusahaan asuransi yang besar. Sementara kliennya, banyak pabrikan di Karawang, Cikarang dsb. Cukup jauh dari rumahnya di Alam Sutera. Karenanya Rheva kerap duduk, menyetir berjam-jam.
Rheva pun menderita penyakit
SCIATICA
Dua puluh tahun silam, Rheva terjatuh di atas black ice, salju yang sudah kena air hujan, mengeras seperti balok es. Ternyata dengan berjalannya waktu, kondisinya terus memburuk. Di antara tulang, ada bantalan yang melindungi agar tulang tidak langsung bertemu tulang.
Dari hasil rontgen, terlihat bantalan sudah gepeng, sehinga nyaris tulang bertemu tulang. Bantalannya hancur. Di dalam bantalan ada cairan dan cairannya keluar, dan mengenai syaraf yang ada di belakangnya.
Rasa sakit yang dirasakan Rheva, dari pinggang hingga ke jari kaki. Sakitnya 24 jam sehari, selama 6 bulan. Bahkan tidur pun terasa sakitnya. Posisi yang paling ringan sakitnya, tidur tengkurap. Bisa dibayangkan, Rheva berdiri atau duduk lama, bahkan tidur pun gak bisa lama.
Pola hidup Rheva yang tidak sehat, nyetir berjam-jam, kalau stress hobinya ngemil, dan ini memperparah penyakitnya. Kelebihan berat badan 20 kg, selama 5 tahun. Ternyata menambah beban lagi pada cedera yang dialaminya.
Mulai sakit Maret 2019, mulai terapi apa saja dan painkiller menjadi konsumsi hariannya. Semakin hari, semakin parah sakitnya… Terutama saat bangun tidur, badan masih kaku, Rheva harus merangkak turun dari tempat tidur dengan berpegangan dinding, sampai masuk ke kolam renang. Setelah berenang, baru bisa sedikit normal.
Akhirnya di bulan September, Rheva berpikir kondisinya sudah mulai membaik karena sudah rutin terapi. Lalu dia bersin sekali, tiba-tiba… Badannya terkunci, tidak bisa bergerak. Mengangkat tangan saja mesti dihitung, ini gerakan pertama, ke dua..dan seterusnya, keringat bercucuran sebesar jagung, baju basah kuyup.
Akhirnya, dibawa ke rumah sakit.
Hal yang pertama diminta Rheva di sana adalah painkiller yang lebih kuat, dia sudah tidak tahan sakitnya.
Dokter yang memeriksa, langsung menyarankan besok operasi.
Kaget…
“Duh, operasi? Saya perlu mikir nich, ” sergah Rheva.
“Buat apa kamu menunda untuk sesuatu yang sudah membuat kamu menderita selama ini? Toh ini hanya operasi,” sang dokter menjelaskan.
“Dok, saya minta waktu untuk berpikir…”
Laser dan terapi selama di rumah sakit terus dilakukan.
Terlebih lagi Kak Sari menemani seharian, sambil sharing firman yang menguatkan. Keesokan harinya gantian Kak Helen yang menemani sambil sharing firman. Lalu selama opname, Rheva betul-betul bed-rest sambil mendengarkan pelajaran yang dikupas oleh Ps. Wendell Par tentang Kuasa Roh Kudus.
Perpaduan semua ini membuat kondisi Rheva membaik.
Firman itu roh, hidup dan menyembuhkan.
Teman-teman sekolah mau pun gereja yang bezuk, semua diajak perjamuan kudus.
Kebiasaan perjamuan sudah dilakukan selama 6 bulan. Karena untuk menginjak rem, Rheva perlu menahan rasa sakit yang tidak tertahankan. Oleh sebab itu, di tengah-tengah kemacetan, dari Alam Sutera sampai kantornya di Sudirman, dia perjamuan kudus sendiri dengan mengingat bahwa tubuh Yesus sudah hancur di kayu salib untuk kesembuhannya. Rheva berusaha fokus pada Tuhan, dan bukan pada rasa sakitnya. Sambil terus mengingatkan dirinya bahwa Yesus sudah mati di kayu salib untuk menebus dosanya, semua sakit penyakitnya sudah sembuh.
“Rheva kamu percaya gak sich?”, tanyanya pada diri sendiri.
“Rheva, kamu sudah menang bersama Yesus. Kamu sudah berdiri after The Cross. Kamu sudah sembuh. Hanya saja manifestasinya belum kelihatan,” demikian Rheva menegaskan pada dirinya sendiri,
“Realitanya tulang kamu rusak Rheva, tetapi kebenaran rohaninya, sesuai 1Petrus 2:24, kamu SUDAH SEMBUH. Oleh bilur-bilur-Nya aku sudah sembuh.”
Suatu ketika pulang sekolah, Rheva langsung terbang ke Singapore. Minggu kebaktian di suatu gereja, duduk dekat multimedia.
Kotbah hari itu sama sekali tidak berhubungan dengan healing, tetapi di tengah kotbah, tiba-tiba dia berhenti dan berkata,
” Saya akan berdoa bagi seseorang, yang sakitnya dari pinggang ke bawah,” sambil menunjuk tempat yang sakit,
“bahkan saat kamu tidur, sakit di bagian kanan tubuhmu tetap terasa.”
Rheva terkaget-kaget, karena diantara ribuan jemaatnya, sang pendeta menjelaskan secara detil, symptom yang dirasakan Rheva selama ini. Bahkan menunjuk dengan tepat, bagian yang sakit seperti yang dialami Rheva.
Dengan berurai airmata, Rheva berkata,
“Tuhan terimakasih ini betul-betul konfirmasi dan seolah ketok palu, bahwa saya sudah sembuh. Saya terima Tuhan, saya aminkan saya sudah sembuh.”
Uniknya, biasa Rheva duduk dengan rasa sakit, saat itu juga rasa sakit lenyap.
Dokter bilang, hari senin Rheva kembali dan hari Selasa operasi.
Hari Senin, Rheva tandatangan berbagai surat menjelang operasi. Di test ulang, angkat kaki dsb, tetapi sudah tidak ada rasa sakitnya. Dokter heran. Ngapain koq mau operasi?
Namun Rheva tetap bersiteguh hendak operasi. Dia ingin pulang Indonesia dalam keadaan sudah beres, sehat dan tuntas.
“Oke, besok siap jam 3pm. Nanti jam 4pm kita operasi,” ujar sang dokter.
Dalam perjalanan pulang dari Rumah sakit, Rheva heran melihat ada pelangi di langit. Pelangi biasa muncul sesaat, tetapi pelangi ini koq bertahan dari pagi hingga lama sekali, tetap di sana.
“Tuhan, pelangi ini kan lambang janji Tuhan ya? Saya mau tangkap hal ini sebagai janji-Mu buatku,” bisik Rheva dalam hati.
Saat itu ada telpon dari beberapa pengerja dari sebuah gereja, yang ingin mendoakan Rheva. Sambil didoakan, Rheva memandang pelangi itu sambil berkata dalam hati,
“Tuhan saya aminkan semua doa dari hamba Tuhan ini, dan saya akan melihat pekerjaan Tuhan itu sempurna dan tidak akan ada yang rusak lagi di dalam tulang saya. Di dalam Nama Tuhan Yesus. Amin.”
Rheva bekerja di perusahaan asuransi, tentu saja Rheva punya asuransi di perusahaan tsb. Tentunya semua beres, tidak ada masalah.
Rheva sudah mengimani bahwa jalan kesembuhannya melalui operasi, karena semua jalan nampak terbuka. Seolah konfirmasi dari Tuhan.
Tetapi begitu after dinner, Rheva mulai di chat dari kantor.
Tiba-tiba masalah mulai bermunculan.
Harus bayar cash dulu baru bisa diganti oleh asuransi.
Segera Rheva chat dengan minta approval kepada bossnya langsung. Yang satu oke, yang satu ragu-ragu dan yang satu lagi diminta menunggu.
Galau…
Sahabat Rheva mengajaknya berdoa.
“Iya aku sudah tau… Tuhan pasti buka jalan,” sergah Rheva sedikit kesal.
Tiba-tiba ada suara kecil lembut bertanya dalam hatinya,
“Waktu Yesus mati di kayu salib, pekerjaan-Nya sudah selesai belum?”
“Iya… Sudah…”
“Jadinya apa?”
“Yang sakit disembuhkan…”
“Kamu sudah sembuh, Rheva… Kamu percaya ga?”
“Iya.. Saya percaya tapi lewat operasi kan?”
” Saya punya yang lebih baik daripada operasi, kamu mau ga Rheva?”
Rheva baru sadar. Di bagian yang mau dioperasi itu dipenuhi oleh puluhan syaraf-syaraf halus. Jika saja saat operasi meleset sedikit, bisa berakibat kelumpuhan.
“Ya mau dong Tuhan…”
“Rheva jangan marah dan jangan maksa soal asuransi. Karena Aku save the best for you,” kata Roh Kudus.
Rheva ingat,
1 Yohanes 5:4 (TB) sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.
Jadi dunia bilang, medical report bilang dan realitanya bilang, tulangnya Rheva rusak dan bisa disembuhkan melalui operasi. Tapi kalau Rheva punya iman kepada Kristus, yang telah menyembuhkan semua sakit penyakit di kayu salib, terjadilah menurut imanmu yang mengalahkan dunia.
Rheva langsung menangkapnya dan menerima kesembuhannya dengan sempurna. Tidak ada lagi rasa sakit dan no pain killer anymore.
Tuhan senantiasa menemui kita di level iman yang kita miliki.
Yeaaayyyy…. God is good all the time!
You have to be sick and tired of being sick and tired – Andrew Wommack.
Anda harus merasa sakit dan lelah karena mengalami sakit dan lelah selama ini. (Kesembuhan itu ada di dalam Yesus) – Andrew Wommack.
YennyIndra
TANGKI AIR & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN