Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Titik Untuk Menerima Kesembuhan.
Terakhir ini saya kehilangan mama, sepupu, teman dll. Ada hal yang mengganggu hati nurani saya. Pada saat seseorang sakit, umumnya, keluarganyalah yang menentukan pengobatan apa yang disetujui.
Dan keluarga pula yang mengijinkan atau tidak, saat si sakit ingin dirawat di rumahnya.
“Kalau terjadi sesuatu bagaimana? Siapa yang berani ambil resiko? Ada apa-apa bisa-bisa kita yang disalahkan,” sergah seorang teman ketika papanya ngotot ingin pulang.
“Biar papa meninggal pun ingin meninggal di rumah sendiri,” papanya ‘kekeuh’ memohon. Namun keluarganya bergeming. Apalagi dokter dan rumah sakit melarangnya.
Dalam buku “Miracles & Healing Made Easy” – Mujizat dan Kesembuhan Dimudahkan, Carlie Terradez bercerita tentang putranya, Zach.
Ketika Zach berumur sekitar tujuh tahun, ia mengalami sakit telinga. Setelah empat hari mereka berdoa, dan menggunakannya seperti panadol, rasa sakit muncul setiap 4 jam, mereka berdoa. Namun tak kunjung sembuh.
Lalu Carlie bertanya kepada Tuhan,
“Apa yang terjadi, Tuhan? Apa yang harus saya lakukan?”
“Tanyalah pada Zach!”
Maka Carlie pun bertanya pada Zach.
“Aku ingin Mommy membawaku ke dokter. Jika aku ke dokter, aku akan sembuh.”
Carlie agak kecewa. Ia ingin keluarganya mengatasi masalah ini dengan iman. Tetapi okelah, Carlie membuat janji temu dengan dokter.
Keesokkan harinya, mereka menemui dokter.
Duduk di seberang meja dokter, Zach menjelaskan bahwa kedua telinganya sakit. Tetapi Tuhan sudah menyembuhkan telinganya yang satu, dan ia ingin dokter memeriksa telinga satunya yang masih sakit.
Dokter tampak agak terkejut, tetapi dia mengambil senternya, lalu melihat ke dalam telinga Zach.
“Ya,” kata dokter, “telingamu mengalami infeksi. Kamu perlu obat.”
Ketika mereka berjalan keluar dari kantor dokter, Carlie bertanya pada Zach apa yang ia rasakan.
Ia mengatakan sekarang merasa lebih baik setelah menemui dokter.
Setibanya di rumah, demam yang sudah 4 hari dialami Zach ternyata hilang. Zach TIDAK PERNAH meminum obatnya!
Iman Zach, jika dia bertemu dokter, maka ia akan disembuhkan. Jadi inilah titik baginya agar Dapat Menerima kesembuhan dari Tuhan.
Pernahkah kita menyadari bahwa semahal dan sehebat apa pun suatu obat, jika si sakit tidak mempercayainya, maka obat itu tidak berguna?
Tetapi justru obat plasebo (obat yang isinya tepung alias obat palsu) tetapi jika si sakit yakin saat meminumnya, justru menyembuhkan?
Keyakinan, kepercayaan, iman dibutuhkan untuk menerima kesembuhan, baik itu secara supernatural mau pun natural.
Pemikiran ini menggelitik hati saya, saat seorang sahabat yang sakit, sesungguhnya ingin meminum ramuan obat china seperti kebiasaan keluarga orangtuanya saat masih belia.
Namun istri dan anak-anaknya mencegahnya karena mereka lebih mempercayai obat barat modern yang mahal harganya. Bahkan didatangkan khusus dari luar negeri.
Saat akhirnya, sahabat ini meninggal dunia, muncul sesal dalam dada, bagaimana seandainya sahabat ini diberi kesempatan meminum ramuan obat china seperti imannya?
Ah, mengapa keluarganya tidak memberinya kesempatan dia menjalani pengobatan sesuai keyakinan hatinya?
Bukankah keyakinan pribadi seseoranglah yang membawa kesembuhan baginya?
Terbukti obat plasebo pun didasari dengan keyakinan yang teguh, bekerja dengan baik?
Teringat ungkapan dr. Henry Wright yang dipost Yuliadi.
“Medis sering berkata ini incurable, itu incurable.Tidak dapat disembuhkan!
Saya tidak menentang medis. Tapi saya tidak suka dengan kata incurable.
Karena kata incurable itu memuliakan setan.
*Karena kata incurable itu membuat Tuhan saya seolah terbatas.*
*Our God not limited God.*
Allah kita itu Allah yang tidak bisa dibatasi.
*Our God is limitless God.*
Allah kita adalah Allah yang tidak terbatas, ” ujar Dr. Henry Wright.
******
Seperti kasus Zach, iman Zach untuk bertemu dokterlah yang menjadi TITIK BAGINYA UNTUK MENERIMA KESEMBUHANNYA.
Dan itu personal antara Zach dan Tuhan. Iman dan doa Carlie tidak bisa menyembuhkan Zach.
Siapa tahu jika keinginan papa teman saya untuk pulang ke rumah dituruti, justru menjadi titik untuk menerima kesembuhannya?
Who knows?
Kalau pun tidak sembuh, setidaknya itu hidup sang papa, mestinya itu hak sang papa menentukan akhir hidupnya.
Di rumah sakit pun, akhirnya sang papa meninggal.
Lina memutuskan pulang paksa saat dirawat di rumah sakit. Dia sadar, tubuhnya sudah tidak tahan mengkonsumsi obat-obat berat.
Ditambah lagi suasana di rumah sakit, makin membuatnya tercekam dan justru menciutkan harapannya untuk sembuh.
Dengan dibantu tabung oksigen dan nafas yang tersengal-sengal, Lina pulang. Dirawat di rumah, makan makanan yang sehat, fokus mendengarkan pelajaran kesembuhan dilengkapi menonton kesaksian kesembuhan. Doa bersama dan dukungan seluruh keluarga, membuat semangat hidupnya, bangkit. Imannya tumbuh. Kalau orang lain disembuhkan, saya juga.
Lina sembuh sempurna.
Demikian juga drg. Henny memilih merawat suaminya, drg Iwan di rumahnya,
“Saya lebih memilih merawat sendiri di rumah dengan pengawasan dokter, mengingat di rumah sakit jumlah perawat terbatas, sementara pasien membludak. Bahkan yang antri kamar saja sampai menunggu di tenda. Belum lagi P. Iwan kan butuh pruning segala. Di rumah saya bisa melakukannya, tetapi di rumah sakit, belum tentu bisa tertangani dengan baik. “
P. Iwan & B. Henny sembuh sempurna.
Artikel ini tidak bermaksud menghakimi…
Tetapi sekedar melemparkan pemikiran, ada baiknya jika kita bisa memberikan kesempatan orang-orang yang kita kasihi, menggapai titik imannya. Apa pun hasilnya, itu nomor dua.
Iman itu personal. Hubungan pribadi seseorang dengan Tuhannya. Kehendak Tuhan biasa disampaikan langsung pada yang bersangkutan, bukan kepada orang lain.
Mungkin bagi kita tidak masuk akal, tetapi kita tidak bisa memahami hal-hal rohani dengan logika, bukan?
Bagaimana pendapat Anda?
When the POWER OF GOD is present, healing and deliverance are just like BREATHING! – T. B. Joshua.
Ketika KEKUATAN TUHAN hadir, penyembuhan dan pembebasan sama seperti Sekedar BERNAFAS! – T.B. Joshua.
YennyIndra
TANGKI AIR & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN