Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Doa Sudah Lama Belum Juga Terjawab? Mungkin Ini Penyebabnya!
Alkisah Hiduplah Raja Ahab yang kaya raya dan istrinya Izebel, yang dominan, seorang penyembah berhala.
Mereka tidak takut akan Tuhan.
Pada suatu hari, datanglah Elia. Dia diutus Tuhan untuk menyampaikan kabar yang tidak menyenangkan kepada sang raja.
“Sesungguhnya, tidak akan ada embun atau hujan yang turun pada tahun-tahun ini, hingga kukatakan.”
Sungguh bencana yang mengerikan akan terjadi. Elia mengambil resiko besar untuk menyampaikan hal ini. Bisa saja raja marah dan membunuhnya.
Tuhan tidak menjanjikan apa pun pada Elia, sampai dia menaati perintah-Nya, menyampaikan berita kekeringan kepada raja Ahab.
Lalu Tuhan memerintahkan Elia,
“Pergilah dari sini, berjalanlah ke timur dan bersembunyilah di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan. Engkau dapat minum dari sungai itu, dan burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana.”
Tuhan Mengirimkan burung gagak terlebih dahulu, agar Elia tahu di mana persediaan itu disiapkan.
Terbukti, setiap pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai itu.
Di Sana, tempat yang tepat yang ditentukan Tuhanlah, di mana penyediaan Tuhan tersedia.
Artinya, kita harus mengikuti tepat seperti apa yang Tuhan kehendaki.
Perhatikan, persediaan TIDAK mendatangi Elia di mana dia BERADA saat itu. Elia yang harus Taat mengikuti arahan Tuhan, melangkah, dan di sana, apa yang dibutuhkan sudah disiapkan.
Bukan separuh taat lalu di mixed dengan cara kita, 100% cara Tuhan. Tunduk, taat sepenuh hati.
Andrew Womack menekankan, sebelum kita menaati perintah Tuhan, penyediaan TIDAK ditemukan. Persediaan ada DI SANA.
Sungguh luar biasa bagaimana burung gagak rutin membawakan roti untuk makanan Elia, pagi dan petang, lalu dia minum dari air di Sungai Kerit.
Secara akal mustahil, tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil.
Tetapi perintah untuk bersembunyi muncul, SETELAH Elia menaati dulu perintah mengabarkan kekeringan pada Ahab.
Saya merenung.
Acapkali saya tidak juga mendapat jawaban doa, meski sudah meminta hingga jungkir balik.
“Mengapa Tuhan, Engkau tidak menjawab doaku?”
Yang tidak saya sadari, sesungguhnya Tuhan sudah memerintahkan saya untuk mengambil langkah pertama, – seperti kasus Elia, menyampaikan berita kekeringan-, tetapi saya terlalu takut pada resikonya.
Saya diam di tempat.
Tuhan pun menunggu… Hingga saya bergerak menaati-Nya, barulah arahan berikutnya datang.
Ini rumus saat berhubungan dengan Tuhan.
Dia tidak akan menjelaskan apa yang akan terjadi A hingga Z di awal. Otak kita yang sebesar kacang, tidak akan memahaminya.
Kita harus mengikuti-Nya langkah demi langkah.
Dan setiap langkah merupakan suatu mukjizat, peningkatan serta pengenalan kita kepada Allah meningkat.
” Tetapi Bu Yenny, saya tidak mendapat perintah apa pun dari Tuhan…”
Jika saja kita sungguh-sungguh mencari Dia melalui doa, firman dan perenungan akan Firman-Nya, tentu kita akan mendengar suara-Nya.
Dia Allah, Dia akan membuat kita mengerti dengan cara-Nya yang unik dan spesial untuk masing-masing kita.
Masalahnya, kerap kita tidak fokus, terlalu memperhatikan suara-suara di sekitar kita dan lebih mempercayai pendapat-pendapat orang-orang yang kita anggap ‘penting, hebat dan keren’ sehingga mengabaikan suara-Nya.
Dari pengalaman saya pribadi, setiap kali salah mengambil keputusan atau tertipu, sesungguhnya hati nurani sudah memberi insting, ini gak benar. Tidak damai.
Tetapi logika menepis ya dengan berbagai alasan.
“Untungnya gede lho… Kapan lagi?”
“Ini pendapat pakar yang berpengalaman… Gak mungkin salah.”
Dsb.
Insting, perasaan tidak sejahtera itulah suara Tuhan yang berusaha memandu kita.
Itulah sebabnya sekarang saya berprinsip, kalau ragu-ragu, lebih baik tidak.
Kalau tidak ada damai sejahtera, tunda dulu. Tanya lagi pada Tuhan sampai benar-benar yakin bahwa ini memang kehendak-Nya. Menghindari ribuan masalah yang tidak perlu.
Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu.
Maka datanglah perintah TUHAN kepada Elia:
“Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.”
Elia tetap berada di Sungai Kerit, melakukan tugas hariannya. Hidup normal, hingga muncul perintah berikutnya. Namun Elia terus membangun hubungan yang dekat dengan Tuhan dengan sikap awas serta waspada.
Sehingga ketika perintah berikutnya muncul, Elia langsung menangkapnya.
Demikian terus menerus terjadi, hingga kekeringan berakhir.
Prinsip sederhana ini menggugah saya untuk mengevaluasi kembali hubungan saya dengan Tuhan.
Allah itu tidak pernah berdusta. Janji-Nya YA dan AMIN.
Kalau saya tidak mendapat jawaban, kesalahan pasti bukan di pihak Tuhan, melainkan di pihak saya.
Setelah saya mempelajari prinsip ini, saya sadar… Ternyata saya belum taat dan melangkah…
Bagaimana dengan Anda?
“The moment we recognize our complete weakness and our dependence upon Him will be the very moment that the Spirit of God will exhibit His power.”— Oswald Chambers
Saat kita menyadari kelemahan kita sepenuhnya, ketergantungan kita kepada-Nya akan menjadi saat dimana Roh Allah akan menunjukkan kuasa-Nya.”— Oswald Chambers
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN