Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Cermin & Saya: Lho Apa Hubungannya?
Hati-hati lho ya kalo beli Cermin sekarang!!!
KUALITAS CERMIN SEKARANG MUTUNYA JELEK BANGET
Menurutku dari semua barang produksi sekarang, mutunya yang paling jelek adalah kaca cermin.
Kalo kaca cermin tahun 1970, 1980 dulu, sangat bagus buat ngaca… Aku ngaca, kelihatan Muda, Ganteng, Menawan & Menarik.
Tapi cermin-cermin keluaran sekarang, sungguh gak bermutu, kualitasnya rendah… terbukti setiap aku ngaca, kelihatan Keriput… Tua… dan Peot… Seperti kakek-kakek.
Ah… Dasar P. Mindi, nama panggilan P. Mindiarto Djugorahardjo… 🙂 🙂 🙂
Kita tertawa terbahak-bahak, lucu… 🙂
Tetapi sesungguhnya, itu yang sering kita lakukan: menyalahkan cermin, tidak sadar bahwa apa yang ada di cermin ya memang seperti itulah diri kita.
Sudah menjadi kebiasaan, foto di edit. Biar kelihatan langsing dan muda. Senaaang…
Ssst… Termasuk saya… Wkwkwk 🙂
Saat masalah terjadi, langsung jari kita menuding orang lain. Seluruh dunia boleh salah, asal jangan saya!.
“Nanti dulu, ada alasannya mengapa saya berbuat begitu…,” begitulah yang umum dilontarkan.
Tersinggung ketika kebenaran disodorkan, meski pun memang itu faktanya.
Ternyata itu memang ciri khas manusia yang sudah jatuh dalam dosa. Tidak hanya terjadi sekarang, tetapi sudah sejak jaman Adam dan Hawa.
Adam sudah diberitahu Tuhan, jangan makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat, pada saat makan, kamu akan mati. Manusia diberi free will, kehendak bebas.
Tetapi saat ditanya Tuhan, Adam menjawab, “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.”
Padahal saat Hawa memberikan buahnya, Adam memang memilih ikut memakannya. Kan Adam punya free will juga.
Menyalahkan orang lain adalah ciri khas orang-orang yang hidup di dunia yang sudah jatuh dalam dosa.
” Some people create their own storms then get upset when it rains… Beberapa orang menciptakan badai mereka sendiri, lalu marah saat hujan turun…”, ujar Crefo Dollar, “Other’s don’t understand just how pervasive the effects of Sin are! Yang lainnya tidak mengerti betapa luas dampak dosa yang dilakukannya.”
Lucunya lagi, tidak sedikit yang dengan sadar melakukan sesuatu, lalu menyalahkan Tuhan saat badai itu menerpa. Mereka lupa, bahwa setiap perbuatan, ada konsekuensinya. Apa yang ditabur, itu yang dituai.
Tidak ingat Tuhan ketika berbuat dosa, tetapi marah pada Tuhan saat buah dosa itu menyulitkan hidupnya.
Mungkin di surga Tuhan tepok jidat, “Salahku opo Jal? Salah-Ku apa coba? Koq jadi Aku yang kena getahnya?”
Dan penyelesaian masalahnya, sesungguhnya very simple. Dimulai dengan keberanian untuk bertanggung jawab, tanpa menuding ke kanan dan ke kiri.
Itulah yang disebut sebagai momen pertobatan.
“Tuhan, ini salahku! Aku butuh pertolongan-Mu…”
Teringat akan kisah yang diceritakan oleh guru saya, Rick McFarland.
Pada suatu ketika, 5 orang anak asyik berenang di laut. Cuaca cerah dan pemandangan pun sangat indah. Mereka sangat menikmatinya sambil bermain riang, lalu tiba-tiba seorang anak terseret dan nyaris tenggelam.
Teman-temannya segera berenang ke tepian, mencari penjaga pantai dan minta pertolongannya.
Sang penjaga pantai segera melihat ke laut… Nampak anak itu berjuang keras menyelamatkan diri.
Sang penjaga pantai bergeming.
“Mengapa Anda tidak segera menolongnya?”
Penjaga pantai tetap diam, namun matanya terus menatap ke laut.
Nampak si anak makin kuat berusaha lepas dari jeratan air sambil berteriak minta pertolongan.
“Cepatlah, tolong dia …”, Teriak orang-orang yang melihatnya dengan hati miris. Teman-teman anak ini kebingungan tetapi mereka merasa tidak mampu menolong juga.
Penjaga pantai diam seribu bahasa. Matanya dengan konsentrasi penuh melihat ke laut.
Nampak anak itu makin lemah…. Kehabisan tenaga.
Begitu si anak nyaris tenggelam, sang penjaga pantai segera melompat, menangkap anak itu dan membawanya ke tepi pantai lalu memberikan pernafasan buatan serta menolongnya.
“Mengapa engkau membiarkan anak ini nyaris mati baru engkau menolongnya?”
“Selama anak ini masih memberontak, berusaha dengan kekuatannya sendiri untuk menyelamatkan diri, maka saya tidak bisa menolongnya. Saya sudah berpengalaman puluhan tahun. Justru saya bisa kehabisan tenaga, hanya untuk mengatasi pemberontakan anak ini. Berbahaya baik untuk anak ini, mau pun saya. Saat sang anak sudah menyerah, barulah saya bisa menolongnya. “
Banyak orang yang ingin mendapatkan pertolongan dari Tuhan, tetapi mereka masih sibuk memberontak, melawan, menuding kanan kiri. Alasan ini itu untuk mengurangi kadar kesalahannya dan menutupi rasa malunya. Ketika emosi yang mendominasi, justru makin banyak hal-hal yang seharusnya tidak perlu dilakukan, tetapi ditindaklanjuti. Kesalahan makin banyak, melebar ke sana ke mari.
Masalah yang sesungguhnya cukup kecil dan masih bisa diselesaikan sesaat, ketika melebar, menjadi tidak memungkinankan untuk dibereskan lagi.
Tumpukan kesalahan yang tumpang tindih.
Tuhan ‘berkata’, seperti sang penjaga pantai, “Sampai kamu menyerah, barulah Aku dapat menolongmu…”
Lelah menanti doa belum juga terjawab?
Mungkin ini saat yang tepat untuk menyerah, bertobat dan berhenti ingin mengatur Tuhan.
Serahkan masalah kita kepada Tuhan, tunduk, taat dan ikuti cara-Nya, bukan memaksa-Nya mengikuti cara kita.
“God can do in a split second what might otherwise take you many years. -Tuhan dapat melakukan dalam sepersekian detik mengubah sesuatu, yang secara normal mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun.” quotes Joel Osteen terngiang-ngiang di telinga saya.
Daripada jungkir balik terlalu lama menderita, pikir-pikir lebih mudah menyerahkan permasalahan kepada Tuhan, Ahlinya. Tuhan tahu jalan terpendek, tercepat dan terbaik untuk menyelesaikan masalah saya.
Syaratnya, hanya bersedia menyerah dan mengakui saya ini salah, gak mampu, gak bisa apa-apa tanpa Dia.
Kalau harus mengaku salah dan minta maaf kepada orang lain, ya sudah lakukan.
Gengsi?
Walah… Gengsi sekarang dijual seribu tiga biji, goda teman saya. 🙂 🙂 🙂
Lebih enteng klo salah ya ngaku salah, gak usah banyak alasan. Tidak ada orang yang steril dari kesalahan.
Pasrah ‘bongkokan’ alias pasrah sepenuh hati pada Tuhan dan maunya Tuhan.
Firman Tuhan itu cermin, yang membuat kita sadar, Sudahkah kita hidup sesuai dengan standar-Nya?
Berhenti menyalahkan cermin!
Saya pun memilih bertobat dan berserah kepada Tuhan.
Bagaimana dengan Anda?
Unhappiness does not come from the way things are, but from the difference between how things are and how we think they should be – Crefo. A. Dollar.
Ketidakbahagiaan tercipta bukan disebabkan keadaan itu apa adanya, tetapi karena perbedaan antara keadaan yang ada dengan bagaimana keadaan itu seharusnya menurut pemikiran kita – Crefo. A.Dolar.
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN