Mengapa Sebagian Orang Menyalahkan Tuhan Ketika Hal Buruk Terjadi Dalam Hidupnya? (Part 1)

Spread the love

Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra

Mengapa Sebagian Orang Menyalahkan Tuhan Ketika Hal Buruk Terjadi Dalam Hidupnya? (Part 1)

“Berdoa adalah list terakhir yang ingin saya lakukan”, jawab Mela curhat tentang masalah keluarganya.

Saya terperangah.

“Why? Dalam keadaan sepertimu, Tuhan menjadi jujugan saya yang paling pertama.”

“Bagaimana mungkin seseorang yang percaya Tuhan seperti suamiku, bisa melakukan hal seperti itu?”


“Tuhan menjamah pimpinan bank sehingga memberi kredit yang besar kepada saya. Meski proses berlangsung agak lama, tetapi oleh kemurahan Tuhan, akhirnya semua lolos dan lancar. Uang sudah masuk ke rekening saya,” ujar Anto bersaksi dalam sebuah persekutuan doa sekitar 2 tahun yang lalu.

Sekitar 6 bulan sebelum pandemi pun sudah mulai seret, begitu pandemi, menjadi lebih parah lagi. Macet. Dia tidak punya dana cadangan pula. Maka tidak mampu lagi membayar bunga dan cicilannya. Tidak semua kredit di rekening koran. Sebagian merupakan kredit berjangka, yang tiap bulan harus dicicil.

Anto kecewa dan menyalahkan Tuhan. Mengapa Tuhan tidak menolongnya? Padahal dia sudah berdoa.
Bukankah kredit itu juga hasil doa, pikir Anto.
Sekarang Anto mogok beribadah.

“Gak pakai Tuhan-Tuhan lagi,” ujarnya kesal.


Robot pembersih rumah sangat menolong saya di BSD. Karena sudah di set oleh anak-anak, jadi saya cukup tekan tombol Auto-Cleaning di hp saya. Beres.

Suatu hari saya perhatikan, hasil kerja robot tidak sebersih biasanya. Di apps muncul note supaya membersihkan rambut-rambut yang melilit sikatnya. Sudah sich, tapi saya ga tau cara membukanya, jadi saya bersihkan sebisanya. Jalan lagi…. Lega…
Lama kelamaan mogok beneran.  Saya lihat memang ada rambut yang menggulung di sikatnya, tapi saya tidak tau cara membukanya.

Oh iya… Kan ada buku manualnya..  setelah mempelajari buku manualnya, bisa dibuka. Rambut yang sudah menggulung sikat digunting, maka robot bekerja dengan lancar. Bersih & kinclong…


Begitu banyak orang-orang yang menyalahkan Tuhan ketika mengalami hal yang tidak diinginkannya.
Benarkah itu salahnya Tuhan?

Mela memilih suami karena melihat pria ini rajin beribadah.
Apa yang kelihatan kasat mata, tidak menjamin kualitasnya.
Jika seseorang sungguh-sungguh mengenal Tuhan, buahnya akan nampak.
Apakah dia punya hubungan pribadi dengan Tuhan? Memahami firman-Nya serta menghidupinya? Taat pada arahan-Nya?
Apa yang keluar dari mulutnya? Itu mencerminkan apa yang tersimpan dihatinya.
Pohon mangga tidak mungkin berbuah tomat.

“Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu,” kata Tuhan.

Apakah ‘buah’ pria ini selaras dengan benih-benih yang Tuhan inginkan?
Sebelum menikah, pastikan dia seorang yang dewasa rohani, bukan bayi rohani.

Mengharapkan bayi rohani yang selalu menuntut keinginannya dituruti, tentu merepotkan bukan? Dan dia masih belum mampu bersikap sebagai kepala keluarga! Meski pun dia seseorang yang mengenal Tuhan.
Teliti sebelum membeli, kata pepatah.
Dalam firman-Nya, Tuhan sudah memberikan panduan (buku manual) berupa firman-Nya. Sudahkah kita membaca dan mempraktekkannya?


Anto kecewa dengan kredit macetnya. Benarkah kredit itu atas kehendak Tuhan?

Coba buka manual booknya:

  • Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapa pun juga.
  • Orang yang berhutang menjadi budak yang menghutangi.
  • Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.

Ternyata berhutang bukanlah kehendak Tuhan.
Nach kalau itu melanggar perintah Tuhan, ya cenglinya, kita sendiri yang harus bertanggungjawab.

Apa yang kita tabur, itu yang kita tuai. Ini hukumnya.

Kita taat, menuai hasil yang baik.
Kita melanggar, menuai konsekuensinya.

Begitu banyak orang berdoa menurut kemauannya sendiri, – padahal apa yang didoakan berlawanan dengan kehendak Tuhan -, tetapi saat macet kemudian menyalahkan Tuhan.
Ini akibat tidak membaca buku panduan alias tidak mempelajari firman-Nya.

Berdoa itu bukan ngomong sendiri mengatur Tuhan supaya menuruti kemauan kita.
Itu namanya memerintah bawahan atau satpam kita.
Tuhan bukan tukang stempel!
Gak perlu juga berpuasa dengan tujuan ‘ memiting tangan Tuhan’ dan memaksa-Nya menuruti keinginan kita.

Berdoa itu mendekatkan diri kepada Allah, untuk mencari tahu dan mengerti kehendak-Nya. Dan berdoa, bukan tujuannya untuk mengubah Allah, melainkan mengubah diri kita yang berdoa, agar hati kita diselaraskan dengan hatinya Allah.

Tuhan berbicara melalui firman-Nya, jadi mesti baca dan belajar firman-Nya.
Tuhanlah Boss dan Sutradaranya.
Jangan dibalik-balik.

Tugas kita  sepakat dengan Tuhan, menuruti arahan-Nya agar kehendak-Nya yang terjadi.
Sekali lagi, kehendak Tuhan yang terjadi bukan kehendak dan maunya kita!

Saya pun pernah melakukan kesalahan serupa, ingin tahu kisahnya?
Tunggu artikel “Mengapa Sebagian Orang Menyalahkan Tuhan Ketika Hal Buruk Terjadi Dalam Hidupnya? (Part 2)

Prayer is not trying to twist God’s arm to make Him do something. Prayer is receiving by faith what He has already done!
Prayer is communion with God. As you spend time with the King of kings and the Lord of lords, His attitude becomes your attitude. – Andrew Wommack.

Doa bukanlah mencoba memelintir lengan Tuhan untuk membuat Dia melakukan sesuatu.  Doa adalah menerima dengan iman apa yang telah Dia lakukan!
Doa adalah persekutuan dengan Tuhan.  Saat Anda menghabiskan waktu dengan Raja segala raja dan Tuhan segala segala tuhan, maka sikap-Nya menjadi sikap Anda. – Andrew Wommack.

YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN

https://mpoin.com/

SeruputKopiCantik

yennyindra

InspirasiTuhan #MotivasiKebaikan

mengenalTuhan #FirmanTuhan


Spread the love

Related Post

Term & ConditionsTerm & Conditions

Spread the loveSeruput Kopi CantikYenny Indra Term & Conditions Ada pohon kelengkeng merah kebanggaan P. Indra di kebun kami di Navapark, BSD. Kami membeli pohon cangkokan sehingga cepat berbuah. Kelengkeng