Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Posdible Resonance, Morphic Resonance & Solusi Tuhan.
“Bagaimana mungkin Bu Yenny, hanya dengan mendekatkan diri kepada Tuhan, solusi masalah bisa terealisasi,” protes seorang teman.
Teman ini membaca quotes Joel Osteen yang saya kutip:
Don’t worry about how God will work things out, you just focus get closer to Him, and He will handle the rest.
Jangan khawatir bagaimana Allah menyelesaikannya, Anda hanya perlu fokus lebih dekat kepada-Nya, dan Dia akan menangani sisanya.
Bagaimana saya harus menjelaskannya?
Tuhan beberapa waktu lalu memberi saya pewahyuan-Nya, bahwa
Jika Firman Tuhan mengatakannya: percayalah, terima, serap, terapkan dalam kehidupan sehari-hari, karena jika Tuhan mengatakan sesuatu, Dia bersungguh-sungguh dengan apa yang dikatakan-Nya. Dia tidak pernah berubah pikiran – Norman Williams.
Saya pun belajar menghidupinya. Terbukti berbagai hal yang secara nalar ‘mustahil’ terjadi berulangkali dalam hidup saya. Bahkan semakin saya fokus, hidup jadi jauh lebih ringan karena Tuhan mengatur dengan cara-Nya yang luar biasa. Saya hanya bisa terpukau penuh kekaguman.
Dalam kebingungan saya harus menjawab pertanyaan teman ini, Tuhan mengirimkan jawaban yang bisa dijelaskan dan diterima logika kebanyakan orang, melalui sahabat saya, P. Sjahsjam Susilo, yang kerap saya juluki filsuf genius.
Mari kita simak cuplikan tulisannya:
Tanpa disengaja saya dipertemukan dengan sebuah hipotesis yang menarik dari buku-buku dan dokumentasi wawancara terhadap Rupert Sheldrake, PhD, ilmuwan Inggris kelahiran tahun 1942, peneliti dibidang Parapsikologi, Biokimia dan Biologi Sel yang mengemukakan konsep Morphic Resonance.
Rupert Sheldrake menyatakan bahwa Morphic Resonance (Resonansi/Gelombang Kumpulan Struktur/Bentuk/Sistem) adalah sebuah proses dimana berbagai hal/entitas berinteraksi saling menyesuaikan dirinya masing-masing.
Resonansi Kumpulan Stuktur ini bekerja berdasarkan prinsip kesamaan/kemiripan, prinsip yang sama seperti halnya resonansi pada umumnya;
(Morphic Resonance is the way that things tune into each other. It works on the basis of similarity, the same principle as ordinary resonance; sumber: Sott.net).
Kemudian dalam cuplikan lanjutannya ia juga menyatakan bahwa Morphic Resonance adalah semacam keterkaitan antara organisme yang memiliki kemiripan (dalam struktur, resonansi), yang melampaui batasan ruang dan waktu.
Morphic Resonance melakukan resonansinya dari masa yang telah berlalu dan terhubung bagaikan kumpulan memori, yang menghubungkan semua anggota dari jenisnya (resonansinya) tersebut;
(It is the kind of interconnection between all similar organisms across space and time. It works from the past and connects like a kind of collective memory, and it interconnects all the members of a species; sumber: Sott.net).
Contoh sederhananya adalah jika ada satu orang saja yang melakukan aktivitas A; misalnya menjalankan ide baru tentang resto di atas pohon, maka di tempat lain yang nun jauh di sana bahkan, ada orang lain yang melakukan aktivitas yang mirip (jika tidak ingin dikatakan sama) dengan aktivitas A tadi, yaitu membangun cafe di atas pohon.
Padahal satu sama lain tidak saling mengenal, pun tidak saling mengetahui, maupun ada orang lain yang melaporkan ke masing-masing pihak.
Ini juga dapat terjadi pada sisi kepioniran. Misalnya pada pemecahan rekor lari marathon.
Ketika sekian lama rekor tidak terpecahkan, lantas ada muncul rekor baru, maka biasanya tidak lama kemudian akan bermunculan rekor-rekor baru lainnya.
Lantas apa hubungannya antara pembahasan Mission Impossible di atas dengan Morphic Resonance ini?
Saya berupaya untuk menyampaikan bahwa jika ada orang di belahan negara manapun yang menembus hal yang tadinya dianggap sulit dan mustahil maka tidak lama lagi hal yang dianggap mustahil tersebut kemudian dapat menjadi hal yang lumrah, biasa, karena banyak dicapai oleh orang-orang lain di belahan negara manapun lainnya.
Ini juga berlaku bagi seseorang yang pernah mencapai suatu pencapaian yang tadinya dianggap mustahil, potensi dirinya untuk berhasil lagi pada pencapaian-pencapaian berikutnya masih sangat besar dan terbuka.
Karena telah ada rekaman mental atas keberhasilan tersebut yang akan memancing hal yang mirip untuk terjadi.
Tapi pada kenyataannya sering ditemui hal tersebut tidak semudah yang diucapkan, itu bagaimana?
Bisa diasumsikan bahwa orang yang menyatakan bahwa hal yang ingin dicapainya adalah hal yang mustahil maka ia berada pada area resonansi yang memang tidak bisa mencapai/mewujudkan hal tersebut.
Sebaliknya, jika ada orang yang mampu menembus hal yang dianggap mustahil tadi maka bisa diasumsikan bahwa orang ini berada pada area resonansi yang mampu menembus hal-hal yang mustahil tersebut.
Area resonansi ini disebut sebagai Morphic Field.
Sheldrake menyatakan bahwa Morphic Field (gaya morphic) ini ada dan nyata seperti halnya Gravitational Field (gaya gravitasi) dan Magnetic Field ( gaya magnet).
Dan di area manapun di bumi ini terdapat begitu banyak Field, tinggal bagaimana seseorang masuk (tune in) pada Field-field tersebut.
Dalam bukunya yang berjudul “Secrets of the Lost Mode of Prayer: The Hidden Power of Beauty, Blessings, Wisdom, and Hurt”, Gregg Braden menelusuri kekuatan doa dari sisi sains/ilmu pengetahuan.
Ia merasa menemukan sebuah pencerahan ketika menyaksikan temannya di Mexico berdoa hujan (saat itu Mexico dilanda kekeringan yang panjang).
Dalam cuplikan dialog mereka, teman Gregg Braden berkata “I am not praying for rain, but I pray rain” (saya tidak berdoa memohon hujan namun saya berdoa hujan).
Awalnya Braden tidak memahami apa maksud dari pernyataan temannya tersebut.
Namun setelah ia menyaksikan sendiri apa yang temannya lakukan dalam beberapa menit, serta mendengarkan penjelasan setelahnya, maka ia langsung paham.
Temannya menjelaskan bahwa ia membayangkan, merasakan, fokus dengan intens, seolah hujan turun dengan deras membasahi tubuhnya, “melihat” air hujan di sekeliling, “merasakan” dingin dan segarnya air membasahi wajah dan seluruh tubuhnya. Kemudian mengulanginya lagi beberapa kali.
Situasi ini dapat direnungkan dan dipraktikkan melalui percobaan garpu tala, garpu khusus dengan dua gigi menyerupai huruf Y yang digunakan untuk mengatur (tuning) nada standar pada alat musik (gitar, piano).
Garpu tala nada Do (C) ketika digetarkan dan kemudian didekatkan ke dawai-dawai Do Re Mi Fa Sol La Si yang ada, hanya akan menggetarkan nada Do juga pada dawai alat musik tersebut.
Saya pun merenung…
Kesimpulan sederhananya begini:
Dengan cara yang serupa, ketika seseorang sudah menganggap sesuatu itu mustahil, maka tidak akan ada getaran yang menyentuh di belahan dunia lainnya atau di alam roh. Semua jalan tertutup.
Tetapi ketika seseorang percaya, penuh harapan, bahwa pasti ada jalan keluarnya maka dia melepaskan getaran atau frekuensi tertentu, yang akan menarik solusi yang dibutuhkannya muncul.
Seperti garpu tala Do hanya akan menggetarkan nada Do juga pada dawai alat musik tersebut.
Atau teman Braden yang berdoa hujan. Dengan iman dia fokus dan mengimajinasikan hujan maka hujan pun turunlah.
Roh Allah bersemayam dalam roh anak-anak-Nya. Bukankah lebih lagi saat kita berpikir, bertindak dan berkata-kata sesuai dengan firman-Nya, –padahal firman itu roh dan hidup-, tentu dengan kuasa-Nya yang Mahadahsyat akan mencipta sesuai firman yang terucap.
Betapa pikiran dan cara Tuhan terlalu ajaib untuk ditelaah satu persatu oleh pikiran kita yang hanya sebesar kacang, kata Greg Mohr.
Saya hanya berpegang bahwa Janji Tuhan selalu Ya & Amin, bisa diandalkan!
Bagaimana dengan Anda?
For with God nothing shall be impossible.
Karena bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.
YennyIndra
TANGKI AIR ANTI VIRUS & PIPA PVC
MPOIN PLUS & PIPAKU
PRODUK TERBAIK
PEDULI KESEHATAN